A. Masa Filsafat dan Masa Pra-filsafat di Yunani:
Pada masa pra-Socrates, terdapat dua corak utama dalam sejarah filsafat Yunani:
- Corak Masa Pra-filsafat: Pada masa ini, pemikiran masih dalam bentuk mitos, legenda, dan kepercayaan religius. Pandangan kosmosentris (kosmos sentris) mendominasi, di mana alam semesta dianggap sebagai entitas hidup dengan kekuatan-kekuatan ilahi yang mengaturnya. Manusia memiliki hubungan erat dengan alam dan dewa-dewa.
- Corak Masa Filsafat: Pada masa ini, terjadi pergeseran dari pemikiran mitologis ke pemikiran rasional dan sistematis. Filsafat berkembang sebagai disiplin intelektual yang berusaha menjelaskan fenomena alam dan manusia secara rasional. Fokus diberikan pada pencarian prinsip-prinsip dasar (arche) yang mendasari alam semesta dan eksistensi manusia.
Peran Ionia dan Miletus: Ionia, terutama kota Miletus, memainkan peran penting dalam sejarah filsafat Yunani pra-Socrates. Miletus menjadi pusat pertukaran intelektual dan perdagangan, yang memungkinkan pertukaran gagasan dan pengetahuan dari berbagai budaya. Filsuf-filsuf terkenal seperti Thales, Anaximander, dan Anaximenes berasal dari kota ini dan melakukan kontribusi penting dalam pengembangan pemikiran rasional di Yunani.
B. Ilmu-Ilmu di Yunani Kuno:
Di Yunani kuno, ilmu-ilmu (episteme) memegang peranan penting dan dihargai sebagai bagian penting dari pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu dikembangkan melalui metode rasional dan pemikiran sistematis. Beberapa ilmu yang berkembang di Yunani klasik antara lain matematika, fisika, astronomi, logika, etika, dan biologi.
C. Filsuf-filsuf Pra-Socrates:
Para filsuf pra-Socrates memainkan peran penting dalam pengembangan pemikiran filosofis di Yunani. Mereka mencoba menjelaskan fenomena alam dan manusia dengan menggunakan metode rasional dan penalaran logis. Beberapa filsuf terkenal dari masa ini antara lain:
- Filsuf-filsuf Ionia (seperti Thales, Anaximander, dan Anaximenes): Mereka mencari prinsip dasar (arche) yang mendasari alam semesta, seperti air, apeiron (tak terbatas), dan udara.
- Filsuf-filsuf Elea (seperti Parmenides dan Zeno): Mereka membahas masalah ontologis dan eksistensi, menekankan pada konsep keberadaan tunggal dan ketidakterbatasan gerak.
- Filsuf-filsuf pluralis (seperti Empedocles dan Anaxagoras): Mereka mengembangkan teori-teori pluralis tentang alam semesta yang terdiri dari unsur-unsur yang berbeda dan gaya-gaya yang saling mempengaruhi.
- Filsuf atomis (seperti Democritus dan Leucippus): Mereka mempelopori konsep atom dan ruang hampa, dengan menganggap dunia terdiri dari partikel-partikel kecil yang tidak terbagi.
Peran dan Jasa para Filsuf pra-Socrates menurut Karl Popper: Menurut Karl Popper, para filsuf pra-Socrates memiliki peran yang penting dalam sejarah pemikiran manusia. Mereka adalah “pemula kritis” yang mengajukan pertanyaan kritis tentang alam semesta dan eksistensi manusia. Meskipun mungkin banyak dari teori-teori mereka tidak akurat atau tidak lengkap, kontribusi mereka adalah langkah awal yang penting menuju pengembangan metode dan pendekatan rasional dalam pemikiran filosofis. Popper menghargai semangat kritis dan keragaman pendekatan yang ditunjukkan oleh filsuf pra-Socrates, yang membuka jalan bagi perkembangan dan kemajuan filsafat di masa-masa berikutnya.