Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Jagad Filsafat bangsa-bangsa

A. Filsafat Persia dan Mesopotamia:

Dalam kebudayaan Persia kuno, terdapat jejak-jejak filsafat yang mengemuka dalam bentuk ajaran agama, seperti Zoroastrianisme. Ajaran Zoroaster mengandung konsep dualisme moral antara kebaikan dan kejahatan, serta pertanyaan tentang hakikat hidup dan tujuan eksistensi manusia.

Di Mesopotamia, terutama pada peradaban Sumeria dan Babilonia, terdapat pemikiran filosofis yang berfokus pada kosmologi, mitologi, dan etika. Pengetahuan tentang alam semesta, hubungan dewa-dewa, dan pertimbangan moral menjadi perhatian utama dalam pemikiran mereka.

B. Kebudayaan Mesir:

Filsafat dalam kebudayaan Mesir kuno lebih terkait dengan kosmologi dan spiritualitas. Konsep-konsep seperti Maat (ketertiban kosmik), ajaran agama seperti Atenisme yang dikembangkan oleh Firaun Akhenaten, serta konsep reinkarnasi dan kehidupan setelah mati, memperlihatkan upaya mereka untuk memahami makna eksistensi manusia dan hubungannya dengan alam semesta.

C. Kebudayaan Ibrani:

Dalam kebudayaan Ibrani, filsafat tercermin dalam ajaran agama dan kebijaksanaan yang ditemukan dalam kitab suci seperti Taurat dan Talmud. Pemikiran etis dan teologi menjadi sorotan utama, termasuk pemahaman tentang Tuhan, tujuan hidup, hukum moral, dan konsep penebusan dosa.

D. Kebudayaan India:

Kebudayaan India memiliki tradisi filsafat yang sangat kaya dan beragam, termasuk beberapa sistem filosofis seperti Vedanta, Nyaya, Vaisheshika, Samkhya, Yoga, dan Mimamsa. Filsafat India sering kali berfokus pada pertanyaan eksistensial, konsep-konsep seperti keberadaan Tuhan, kehidupan, kesadaran, dan jalan menuju pembebasan (moksha).

E. Kebudayaan Cina:

Dalam kebudayaan Cina, terdapat beberapa aliran filsafat yang signifikan, seperti Konfusianisme, Taoisme, Mohisme, dan Legalisme. Konfusianisme menekankan pada etika, tata krama, dan pembentukan karakter yang baik. Taoisme menyoroti harmoni dengan alam dan pencarian jalan hidup yang alami. Mohisme mempromosikan cinta universal dan etika sosial, sementara Legalisme menekankan kekuasaan dan hukum sebagai sarana mengendalikan masyarakat.

Semua kebudayaan ini memberikan sumbangan berharga dalam perkembangan pemikiran filosofis, mempengaruhi pandangan dunia dan ajaran yang berlangsung hingga saat ini.