Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Kebijakan Moneter Mempengaruhi Permintaan Agregat

 BAGAIMANA KEBIJAKAN MONETER MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT

          Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa dalam perekonomian untuk sembarang tingkat harga. Kemiringan kurva permintaan agregat bergerak menurun karena tiga alasan sebagai berikut :

–      Pengaruh kekayaan : tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil uang yang dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen.

–      Pengaruh suku bunga : tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran untuk investasi.

–      Pengaruh nilai tukar : apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke luar negeri dan menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi relatif dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang di dalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan, akibatnya mendorong belanja ekspor neto.

Ketiga pengaruh ini seharusnya tidak dianggap sebagai teori alternatif. Sebaliknya ketiganya terjadi secara bersamaan untuk meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa ketika tingkat harga turun dan untuk menurunkannya ketika tingkat harga naik.

Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang miring ke bawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda menurut jenis perekonomian.

Untuk memahami bagaimana kebijakan mempengaruhi permintaan agregat, kita mempelajari pengaruh suku bunga secara lebih mendalam. Disini, kita mengembangkan teori tentang bagaimana suku bunga ditentukan yang disebut dengan teori preferensi likuiditas(theory of liquidity preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya untuk memahami kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta bagaimana kebijakan moneter mengubah kurva ini.

 

Teori Preferensi Likuiditas

Dalam buku klasiknya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, John Maynard mengajukan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan suku bunga dalam perekonomian. Teori tersebut, pada dasarnya, tidak lebih dari penerapan penawaran dan permintaan. Menurut Keynes, suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang.

Suku bunga  nominal adalah suku bunga yang umum dilaporkan dan suku bunga riil adalah suku bunga yang telah dikoreksi dengan pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita lihat, tingkat inflasi harapan diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik atau turun, suku bunga riil yang diinginkan oleh orang juga naik atau turun. Di sepanjang bagian berikutnya pada bab ini, apabila kita menyinggung perubahan suku bunga. Anda seharusnya membayangkan suku bunga riil dan nominal bergerak ke arah yang sama.

 

Jumlah Uang yang Beredar

Bagian pertama dari teori preferensi likuiditas adalah jumlah uang yang beredar.  Bank sentral biasanya mengubah jumlah uang yang beredar terutama dengan mengubah jumlah cadangan dalam sistem perbankan melalui pembelian dan penjualan obligasi pemerintah dalam operasi pasar terbuka. Apabila bank sentral membeli obligasi pemerintah, uang yang dibayarkan untuk obligasi tersebut biasanya disimpan di bank-bank dan ditambahkan ke dalam cadangan bank. Apabila bank sentral menjual obligasi pemerintah, uang yang diterima dari obligasi tersebut ditarik dari sistem perbankan dan cadangan bank berkurang. Perubahan cadangan bank ini lantas menimbulkan perubahan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman dan menciptakan uang.

 

Karena ditetapkan oleh kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada variabel – variabel ekonomi lainnya. Secara kursus jumlah uang yang beredar tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak berubah, tanpa memandang suku bunga yang berlaku. Kita mengambarkan jumlah uang yang beredar tetap dengan kurva penawaran vertikal, seperti terlihat pada figur1.

Permintaan Uang.

          Bagian kedua teori preferensi likuiditas adalah permintaan uang. Sebagai langkah awal dalam memahami permintaan uang, ingat kembali bahwa likuiditas segala asset adalah kemudahan asset tersebut diubah menjadi alat pertukaran dalam perekonomian. Uang merupakan alat pertukaran dalam perekonomian sehingga sesuai dengan definisinya merupakan asset paling likuid yang tersedia. Likuiditas yang menjelaskan permintaan uang. Orang lebih memilih untuk memiliki uang daripada asset lain yang memberikan tingkat hasil lebih tinggi karena uang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.

Faktor yang digaris bawahi oleh teori preferensi adalah suku bunga. Alasannya adalah suku bunga merupakan biaya kesempatan untuk memiliki uang.

 

Keseimbangan dalam Pasar Uang

Ada jenis suku bunga yang disebut dengan suku bunga  keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga berada di tingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofolio asset mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya.

Sebagai contoh, misalkan bahwa suku bunga berada di atas titik keseimbangan, misalnya rpada figur 1. Disini, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat,  Md1, lebih kecil daripada jumlah uang yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka yang memiliki bunga surplus uang akan berusaha untuk menghabiskannya dengan membeli obligasi berbunga atau dengan menyimpannya untuk memperoleh bunga. Karena pihak Penerbit surat berharga dan bank-bank lebih suka untuk membayar suku bunga yang lebih rendah, mereka merespons surplus uang ini dengan menurunkan suku bunga yang mereka tawarkan.  Pada saat suku bunga turun, biasanya masyarakat menjadi lebih bersedia untuk memegang uang sampai ketika suku bunga keseimbangan, mereka puas karena memiliki jumlah tepat uang yang dibuat oleh bank sentral.

Sebaliknya, pada saat suku bunga di bawah titik keseimbangan seperti r2 pada figur 1, jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat, Md2 lebih besar daripada jumlah penawaran oleh bank sentral.

 

Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat

Secara khusus, kita anggap bahwa tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian mengalami kenaikan. Apa yang terjadi dengan suku bunga yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang, dan bagaimana perubahan itu mempengaruhi jumlah permintaan barang dan jasa? Tingkat merupakan satu penentu jumlah permintaan uang. Pada harga lebih tinggi, uang yang dipertukarkan semakin banyak setiap kali barang atau jasa dijual. Akibatnya, orang akan memilih untuk memiliki lebih banyak uang. Artinya, tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan jumlah permintaan pada setiap suku  bunga yang berlaku. Oleh karena itu, kenaikan tingkat harga dari P1 menjadi P2 menggeser kurva permintaan ke kanan dari MD­menjadi MD­2, seperti terlihat pada panel (a) Figur 2.

Agar jumlah uang yang beredar tidak berubah, suku bunga harus naik untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang. Tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan jumlah uang yang ingin dimiliki oleh masyarakat dan menggeser kurva permintaan uang ke kanan. Namun, karena jumlah uang yang beredar tidak berubah sehingga suku bunga harus naik dari r­1 menjadi r2 untuk mencegah permintaan tambahan.

Kenaikan suku bunga ini tidak hanya mempengaruhi pasar uang, tetapi juga jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b).

Menyebabkan permintaan uang naik MD1 menjadi MD2 dan suku bunga dari r1 menjadi r2, jumlah permintaan barang dan jasa turun dari Y1 menjadi Y2 dengan demikian analisis penggaruh suku bunga dapat dirangkum menjadi 3 langkah pertama, tingkat harga yang lebih tinggi menaikan permintaan uang, kedua, permintaan uang lebih tinggi menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi. (3) suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan barang dan jasa tentu saja, logika yang sama berlaku untuk kondisi sebaliknya. Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan permintaan uang yang menyebabkan menjadi lebih rendah dan kemudian meningkatkan jumlah barang dan jasa. Hasil akhir analisis ini adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang miring kebawah.


 

Perubahan Jumlah Uang yang Beredar

Kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan bagaimana jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring dengan berubahnya tingkat harga. Artinya, kita mengamati pergerakan di sepanjang kurva permintaan agregat yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa peristiwa lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah permintaan barang dan jasa berubah pada tingkat harga tertentu, kurva permintaan agregat pun bergeser.

Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah kebijakan moneter. Seperti diperlihatkan pada panel (a) Figur 3, kenaikan jumlah uang yang beredar menggeser kurva jumlah uang yang beredar ke kanan dari MSmenjadi MS­2­. Karena kurva permintaan uang belum berubah, suku bunga turun dari r1 menjadi runtuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang. Artinya, suku bunga harus turun agar orang memiliki uang tambahan yang dibuat oleh bank sentral.

 

Sekali lagi, suku bunga mempengaruhi  jumlah permintaan barang dan jasa, seperti terlihat pada panel (b) Figur 3, suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman dan tingkat pengembalian dari tabungan. Perusahaan-perusahaan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membangun pabrik dan peralatan baru yang mendorong investasi bisnis. Akibatnya, jumlah permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu, P, naik dari Y1 menjadi Y2.  Oleh karena itu, kurva permintaan agregat secara keseluruhan bergeser ke kanan.

Sebagai rangkuman : Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan. Sebaliknya, Apabila bank sentral menurunkan jumlah uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.