A. Teori-teori perkembangan: a. Nativisme: Teori nativisme berpendapat bahwa kemampuan dan pengetahuan dasar manusia sudah ada sejak lahir dan ditentukan oleh faktor-faktor genetik. Teori ini menekankan peran bawaan (nature) dalam perkembangan manusia.
b. Empirisme: Teori empirisme berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebagai “tabula rasa” atau lembaran kosong, dan pengetahuan dan kemampuan mereka berkembang melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Teori ini menekankan peran pengalaman (nurture) dalam perkembangan manusia.
c. Konvergensi: Teori konvergensi menggabungkan elemen-elemen nativisme dan empirisme. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan pengalaman, dan keduanya saling berinteraksi dalam membentuk perkembangan.
B. Tahap-tahap perkembangan: a. Pranata: Tahap pranata terjadi sebelum lahir dan melibatkan perkembangan janin dalam rahim ibu.
b. Bayi: Tahap bayi dimulai dari kelahiran hingga sekitar 2 tahun. Pada tahap ini, bayi mengalami perkembangan motorik, perkembangan bahasa, dan pembentukan hubungan sosial awal.
c. Kanak-kanak: Tahap kanak-kanak meliputi rentang usia 2 hingga 6 atau 7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mengembangkan imajinasi yang kaya, bahasa yang lebih kompleks, dan keterampilan sosial.
d. Kanak-kanak akhir: Tahap kanak-kanak akhir terjadi sekitar usia 6 atau 7 hingga 11 atau 12 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mengalami perkembangan kognitif yang lebih kompleks, mengembangkan pemahaman tentang logika dan kausalitas, dan mulai mengembangkan identitas diri.
e. Pubertas: Tahap pubertas terjadi saat remaja memasuki masa pubertas dan mengalami perubahan fisik yang signifikan. Tahap ini juga ditandai dengan perkembangan seksualitas dan perubahan sosial-emosional.
f. Remaja: Tahap remaja mencakup masa antara akhir pubertas hingga awal usia 20-an. Pada tahap ini, remaja mengalami perkembangan identitas yang lebih lanjut, eksplorasi nilai dan tujuan hidup, dan mengalami perubahan dalam hubungan sosial dan emosi.
g. Dewasa awal: Tahap dewasa awal terjadi sekitar usia 20-an hingga 40-an. Pada tahap ini, individu mengalami peralihan ke dunia pekerjaan, membangun hubungan yang lebih serius, dan mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial.
h. Dewasa madya: Tahap dewasa madya terjadi sekitar usia 40-an hingga 60-an. Pada tahap ini, individu menghadapi tugas perkembangan seperti menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, mengembangkan kepuasan dalam karir, dan menghadapi perubahan fisik dan sosial.
i. Usia lanjut: Tahap usia lanjut mencakup usia 60-an dan seterusnya. Pada tahap ini, individu menghadapi tantangan dan perubahan yang terkait dengan penuaan, kesehatan, dan mencari makna hidup.
C. Perkembangan Emosi: Perkembangan emosi melibatkan tahapan-tahapan berikut:
- Identifikasi emosi dasar: Bayi mulai mengidentifikasi dan merespons emosi dasar seperti sukacita, sedih, kemarahan, dan takut.
- Regulasi emosi: Anak-anak belajar mengatur dan mengontrol emosi mereka, mengembangkan strategi seperti pemahaman diri, dukungan sosial, dan pengaturan diri.
- Pemahaman emosi orang lain: Anak-anak mengembangkan pemahaman tentang emosi orang lain dan mulai mengenali ekspresi emosi pada wajah orang lain.
- Empati: Anak-anak mulai mengembangkan kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain.
- Pengelolaan konflik: Remaja dan dewasa muda belajar mengelola konflik emosional, mengembangkan keterampilan resolusi masalah, dan mengasah kemampuan komunikasi yang efektif.
D. Perkembangan kognitif: a. Piaget: Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa anak-anak melalui empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Setiap tahap ditandai dengan perubahan dalam cara anak-anak berpikir dan memahami dunia.
b. Information Processing: Pendekatan ini menganggap pikiran manusia sebagai pengolahan informasi, mirip dengan komputer. Teori ini menekankan aspek-aspek seperti perhatian, memori, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan dalam perkembangan kognitif.
E. Perkembangan Moral: Teori perkembangan moral Kohlberg mengemukakan bahwa perkembangan moral melalui tiga tingkatan dan enam tahap. Tingkatan pertama adalah pramoral, di mana moralitas berdasarkan pada aturan dan hukuman eksternal. Tingkatan kedua adalah moralitas yang berorientasi pada imbalan dan pertukaran. Tingkatan ketiga adalah moralitas otonom, di mana individu mengembangkan prinsip-prinsip moral internal yang mendasarinya.
F. Perkembangan psikoseksual: Teori perkembangan psikoseksual Freud menyatakan bahwa perkembangan individu melalui lima tahap psikoseksual: tahap oral, tahap anal, tahap falik, tahap laten, dan tahap genital. Setiap tahap melibatkan pergeseran fokus libido dan konflik yang harus diselesaikan.
G. Perkembangan psikososial: Teori perkembangan psikososial Erikson mengemukakan bahwa perkembangan individu melibatkan delapan tahap psikososial yang saling berhubungan. Setiap tahap melibatkan konflik atau tugas perkembangan yang harus diselesaikan untuk mencapai kesehatan psikososial. Tahap-tahap ini melibatkan isu-isu seperti kepercayaan vs. ketidakpercayaan, otonomi vs. keraguan diri, inisiatif vs. rasa bersalah, identitas vs. kebingungan peran, dan lain-lain.