Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Manusia Sebagai Symbolic Animal

A. Kritik terhadap Konsep Rational Animal: Konsep “Rational Animal” atau manusia sebagai makhluk rasional juga telah mendapat beberapa kritik. Beberapa kritik yang umum terhadap konsep ini adalah sebagai berikut:

  1. Reduksionisme: Kritik ini berpendapat bahwa mengidentifikasi manusia hanya sebagai makhluk rasional yang memisahkan mereka dari dimensi emosional, fisik, dan sosial yang kompleks dan terintegrasi. Menyederhanakan manusia menjadi hanya “rasional” dapat mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dari kehidupan manusia.
  2. Keragaman manusia: Konsep “Rational Animal” mungkin tidak dapat mencakup keragaman manusia secara menyeluruh. Manusia memiliki berbagai kecenderungan, emosi, dan karakteristik yang tidak selalu dapat dijelaskan secara sempit dengan rasionalitas.
  3. Peran emosi dan irasionalitas: Kritik ini menekankan bahwa emosi dan irasionalitas juga merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Emosi dan irasionalitas dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, motivasi, dan interaksi sosial.

B. Arti Manusia sebagai Symbolic Animal: Konsep “Manusia sebagai Symbolic Animal” mengacu pada kemampuan manusia untuk menggunakan simbol dan bahasa sebagai alat komunikasi dan pemahaman dunia. Manusia memiliki kemampuan unik untuk membuat, menggunakan, dan memahami simbol-simbol yang melibatkan bahasa, tanda, simbol visual, dan lain sebagainya.

Simbol-simbol ini memungkinkan manusia untuk merepresentasikan konsep abstrak, memindahkan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks tentang dunia dan diri mereka sendiri. Manusia sebagai Symbolic Animal menunjukkan bahwa simbol dan bahasa adalah aspek sentral dalam kehidupan dan pemahaman manusia.

C. Pandangan Ernst Cassirer: Ernst Cassirer, seorang filsuf Jerman abad ke-20, mengembangkan konsep “Manusia sebagai Symbolic Animal” dalam karyanya yang terkenal, “The Philosophy of Symbolic Forms”. Cassirer berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang terikat dengan simbol dan bahasa, dan itulah yang membedakan mereka dari hewan.

Cassirer menjelaskan bahwa simbol-simbol membentuk realitas manusia dan memungkinkan mereka untuk memberikan makna pada dunia. Melalui simbol dan bahasa, manusia dapat menyampaikan konsep abstrak, membangun budaya, menciptakan ilmu pengetahuan, seni, dan agama.

Cassirer juga menyoroti perbedaan antara manusia dan hewan dalam hal kemampuan untuk beradaptasi dan menciptakan simbol. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah makna simbolik dan menciptakan simbol baru, sementara hewan terbatas pada tindakan insting atau refleks yang lebih terbatas.

D. Bentuk-bentuk Simbol: Ernst Cassirer mengidentifikasi beberapa bentuk simbol yang dihasilkan oleh manusia. Bentuk-bentuk simbol ini mencakup:

  1. Mitos/Religi: Manusia mengembangkan mitos dan sistem kepercayaan religius sebagai simbol-simbol yang mencerminkan upaya manusia untuk memahami alam, tujuan hidup, dan keberadaan mereka di dunia.
  2. Bahasa: Bahasa adalah bentuk simbol yang paling umum dan penting. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan pikiran, ide, dan konsep kompleks kepada orang lain.
  3. Teknologi: Teknologi, termasuk alat-alat dan penemuan manusia, juga merupakan bentuk simbol yang mencerminkan kemampuan manusia untuk menciptakan, mengubah, dan memodifikasi dunia sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
  4. Kesenian: Seni sebagai bentuk simbol memungkinkan manusia untuk mengekspresikan emosi, pemikiran, dan persepsi mereka melalui medium seperti lukisan, musik, tari, dan teater.

Semua bentuk simbol ini memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, membantu mereka memahami dan menginterpretasikan dunia serta memperluas pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri.