Masalah-Masalah Dalam Pencarian Modal Usaha
1) Kinerja atau Konsep Perusahaan yang Meragukan
Alasan utama menolak pembiayaan perusahaan yang sudah ada atau baru mulai adalah konsep atau kinerja perusahaan yang meragukan atau buruk. Dua unsur yang mendasari ketidak-minatan dari pemodal adalah risiko bisnis yang terlalu tinggi dan terlalu rendahnya tingkat keuntungan dan tingkat pengembalian dari modal yang ditanam.
2) Kegagalan Perusahaan untuk Menindak-lanjuti
Kegagalan untuk menindak-lanjuti adalah alasan bagi kegagalan perusahaan mendapatkan modal. Umumnya perusahaan melakukan kontrak awal tanpa mempersiapkan memorandum penempatan pribadi. Wirausahawan hendaknya tidak mendekati investor dengan cara yang mendadak. Pendekatan tersebut akan menimbulkan kesan negatif kearah manajemen perusahaan, yang memperlihatkan kurangnya kemampuan untuk menggunakan modal atau ekspansi modal secara efisien.
Pencarian dana hendaknya dimulai sejak awal. Biasanya diperlukan 2 sampai 3 bulan untuk mencari sumber, membantu investor di dalam menganalisa, dan menyusun persetujuan. Banyak perusahaan yang mengabaikan waktu untuk melakukan perundingan yang berhasil.
3) Kurangnya Pengalaman dan Ketajaman Bisnis
Terdapat ungkapan di antara pemodal bahwa investasi dilakukan pada manusia, bukannya perusahaan atau konsep. Sementara wirausahawan dalam persamaan “wirausahawan-gagasanuang” adalah penting karena kesulitan dalam pengukuran kinerja manajemen terpisah dari kinerja laba. Manajemen yang lemah adalah faktor utama dalam perhitungan laba yang rendah dan risiko yang tinggi, akan tetapi kinerja laba bisa ditelaah, sementara kualitas manajemen hanya bisa diperkirakan.
Seorang investor hanya akan berhubungan dengan keberhasilan individu tim manajemen sebelum usaha yang diusulkan, pengalaman bisnis, dan kedalaman manajemen dalam bidangbidang penting.
Kurangnya kepercayaan investor mungkin timbul dari sikap bahwa bakat manajemen adalah promosional, bukan operasional; bahwa manajemen tidak mempunyai keahlian dalam faktor-faktor penting bagi keberhasilan usahanya; bahwa keterampilan finansial kurang gigih; tidak mampu bergulat dengan tekanan; bahwa manajemen tidak jujur; bahwa manajemen tidak kreatif dan imajinatif; atau bahwa manajemen tidak realistis.
Keinginan untuk bekerja dengan kelompok pemodal dengan cara yang bisa diterapkan bisa membantu membuat laporan yang dibutuhkan. Kelompok investor juga perlu mengetahui masalah yang dihadapi dan diatasi oleh manajemen dan untuk melihat bakat-bakat manajemen dengan terbuka.
4) Preferensi dari Pemodal
Kesulitan yang diuraikan di atas berasal dari proyek aau manajemen. Tidak semua kegagalan kesepakatan disebabkan kelemahan pada usulan bisnis. Banyak masalah yang berkaitan dengan pemodal yang menyebabkan kegagalan tercapainya kesepakatan. Masalahmasalah tersebut antara lain:
- Kesepakatan yang disetujui terlalu kecil. Investasi besar dan investasi kecil membutuhkan penelitian usulan yang sama besarnya. Terbatas hasil yang mungkin dari investasi kecil menyebabkan investasi tersebut dianggap terlalu kecil untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
- Penggunaan dana investasi yang dipertanyakan oleh investor, misalkan sejumlah besar dana investasi digunakan untuk pengiklanan produk yang belum teruji.
- Kelompok pemodal tidak menyukai bidang investasi, perusahaan mungkin beroperasi pada industri yang berfluktuasi, perusahaan bergantung pada tawaran kompetitif.
- Terlalu banyak masalah yang perlu dipecahkan secara langsung sebelum investasi yang tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan disepakati.
5) Kurangnya Hubungan dengan Sumber-sumber Modal
Banyak pemodal menempati kantor yang tidak mempunyai papan nama, nomor telepon, dan tertutup terhadap publisitas. Keadaan semacam ini akan mempersulit wirausahawan menemukan pemodal bagi usaha barunya. Biasanya wirausahawan akan mendekati bankir, notaris, akuntan untuk membantu mendapatkan orang yang mau memberikan modal kepada usaha barunya.
Pembiayaan Bisnis
Dalam menentukan kelayakan pembiayaan untuk modal, wirausahawan harus menentukan jumlah maupun waktu dana dibutuhkan, disamping proyeksi penjualan dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan menengah-kecil biasanya kesulitan mendapatkan modal; ini berbeda dengan perusahaan besar yang mempunyai potensi untuk berkembang. Tiga tahap pendanaan pengembangan bisnis adalah sebagai berikut:
1) Pendanaan tahap awal
a. Pendanaan modal benih (seed capital) dalam jumlah yang relatif kecil untuk membuktikan konsep dan studi kelayakan finansial.
b. Pendanaan pemula (start-up) pengembangan produk dan pemasaran awal, tetapi tanpa penjualan komersial: pendanaan hanya untuk mengoperasikan perusahaan.
2) Pendanaan ekspansi atau Perkembangan
a. Tahap kedua Modal kerja bagi tahap pertumbuhan awal, tetapi tanpa kemampuan mendatangkan laba yang jelas ataupun arus kas.
b. Tahap ketiga Ekspansi besar perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang cepat, pada titik pulang pokok atau tingkat keuntungan positif tetapi tetap perusahaan swasta.
c. Tahap keempat Pembiayaan penjembatanan untuk mempersiapkan penawaran saham oleh perusahaan kepada masyarakat (kepemilikan oleh masyarakat).
3) Pembiayaan Akuisisi dan Leveraged Buyouts
a. Akuisisi tradisional memperoleh kepemilikan dan pengendalian atas perusahaan lain
b. Leveraged buyouts Manajemen perusahaan mendapatkan kontrol atas perusaahaan lain dengan membeli dari pemilik yang sekarang
c. Privatisasi beberapa pemilik/manajer perusahaan membeli saham beredar (outstanding stock), menswastakan perusahaan kembali.
Penentuan Hubungan Finansial Perusahaan
Untuk mendapatkan modal, seseorang perlu mengetahui berapa banyak uang yang dibutuhkan. Namun banyak wirausahawan yang tidak mengetahui cara memperkirakan kebutuhan finansial dari perusahaan. Perencanaan finansial dibagi menjadi dua bagian: perencanaan likuiditas dan perencanaan laba.
Perencanaan likuiditas dipusatkan pada perencanaan aliran kas perusahaan. Satu unsur proyeksi aliran kas melibatkan proyeksi penjualan dan laba perusahaan di masa depan. Proyeksi laba juga mempunyai keabsahan independen sebagai laporan rugi laba perusahaan di masa depan. Sumber utama untuk menentukan kebutuhan finansial perusahaan adalah proyeksi aliran kas didukung oleh proyeksi aliran laba.
Penentuan Kebutuhan Kas untuk Memulai Usaha
Kas yang diperlukan untuk memulai bisa diproyeksikan dengan beberapa cara. Terdapat tiga pendekatan untuk tiap-tiap jenis usaha perdagangan, manufaktur, dan bisnis jasa-jasa. Pendekatan pendapatan yang diperlukan (desired income) mengembangkan jumlah modal yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah tertentu pendapatan pribadi tahunan.
Pendekatan tingkat sewa (rental rate) menentukan jumlah penjualan dan kemudian modal yang dibutuhkan untuk mendukung sewa yang dimaksud. Pendekatan kas yang tersedia (cash available) dimulai dengan jumlah modal yang dimaksud agar tersedia untuk menentukan pendapatan yang mungkin dari penggunaan efisiennya.
Metode standar adalah untuk memproyeksikan tingkat penjualan yang diharapkan, pengeluaran yang berkaitan, dan dana tambahan yang dibutuhkan bagi aset modal.
Penentuan Kebutuhan Kas bagi Perusahaan yang Sudah Ada
Terdapat beberapa cara untuk memproyeksikan kebutuhan kas. Enam langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan baru untuk memproyeksikan kebutuhan kas adalah:
- Membuat proyeksi laporan rugi laba.
- Membuat neraca arus kas dan item-item neraca.
- Memuat proyeksi aliran atau arus kas.
- Membuat proyeksi neraca.
- Membuat ringkasan kebutuhan dan penggunaan kas.
- Menentukan bagian dari kas total yang dibutuhkan untuk dibiayai dengan modal ventura.
Untuk bisnis yang sudah ada, laporan rugi laba lengkap, neraca, dan proyeksi aliran kas akan membantu manajemen dan investor.
ANALISIS PULANG POKOK (BREAK EVEN ANALYSIS)
Analisis pulang pokok atau analisis impas (break even analysis) merupakan teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan (cost – profit – volume sales). Biaya yang diperhitungkan adalah biaya total yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Tujuan perusahaan secara umum yaitu berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan dengan memanfaatkan berbagai sumber ekonomi yang dimiliki. Untuk memperoleh laba tersebut harus mengeluarkan biaya, baik biaya operasi perusahaan maupun biaya yang dikeluarkan untuk investasi awal. Laba didapat dari selisih antara penghasilan (pendapatan) yang diperoleh (misalnya dari hasil penjualan produk) dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Penghasilan total (Total Revenue, disingkat TR) dari suatu perusahaan merupakan hasil kali antara jumlah barang yang dihasilkan / dijual (Quantity, yang disingkat Q) dengan harga per unit barang tersebut (price, disingkat P). Total Revenue (TR) ini sering disebut sebagai Revenue (R). Dengan demikian TR = P x Q, di mana TR adalah total pendapatan, P adalah harga per unit dan Q adalah jumlah unit barang yang dijual. Semakin banyak barang yang dijual, maka semakin besar pula penghasilan yang diperolehnya. Apabila digambar dalam suatu grafik TR, maka grafiknya akan dimulai dari titik nol dan berlereng positif.
Dalam operasi perusahaan, biaya yang dikeluarkan perusahaan menurut perilakunya dikelompokkan dalam dua kategori yaitu biaya tetap (Fixed Cost, disingkat FC) dan biaya variabel (Variable Cost, disingkat VC). Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya selalu tetap untuk seluruh jumlah barang yang dihasilkan. Jumlah biaya tetap ini tidak tergantung pada perubahan volume penjualan (jumlah barang yang dihasilkan). Termasuk biaya tetap misalnya biaya sewa, biaya penyusutan, biaya bunga, gaji pimpinan, biaya asuransi, dan sebagainya. Biaya tetap ini akan tetap dikeluarkan walaupun tidak ada barang yang diproduksi /dihasilkan. Dalam suatu grafik, karena sifatnya yang tetap maka gambar biaya tetap berbentuk garis lurus yang sejajar dengan sumbu kuantitas (sumbu Q). Notasi biaya tetap dalam persamaan biasa diberi simbul FC atau simbol k (konstanta).
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume (jumlah) barang yang dihasilkan atau diproduksi, Oleh karena itu, biaya variabel merupakan fungsi dari kuantitas barang yang diproduksi atau f(Q). Biaya variabel, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kelancaran proses produksi seperti biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan mesin pabrik dan sebagainya. Apabila biaya variabel ini digambar dalam suatu grafik, maka bentuknya berupa garis lurus yang memiliki kemiringan positif. Grafiknya rnulai dari titik nol (origin) ke kanan atas. Grafik biaya variabel dimulai dari titik nol karena apabila perusahaan tidak berproduksi maka perusahaan tidak mengeluarkan biaya variabel (nol) dan semakin banyak barang yang diproduksi, maka biaya variabel semakin besar.
Biaya total (TC) merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel atas jumlah barang yang diproduksi/dihasilkan. Dari uraian biaya tetap dan variabel di atas, maka biaya total
(TC) = FC + VC atau TC = k + f(Q). Apabila dalam suatu grafik, biaya total (TC) akan digambar mulai dari titik biaya tetap kemudian naik ke kanan atas (kemiringan positif), karena biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Ketika perusahaan belum memproduksi barang maka perusahaan sudah mengeluarkan biaya total sebesar biaya tetapnya (FC). Setelah mengetahui total penghasilan (TR) dan total biaya (TC), maka kita dapat mencari laba atau rugi operasi yaitu selisih antara TR dan TC. Perusahaan akan memperoleh laba apabila penghasilan total (TR) lebih besar dari biaya total (TC) yang ditanggung. Sebaliknya, perusahaan akan mengalami rugi apabila penghasilan total (TR) yang diperoleh lebih kecil dari biaya totalnya (TC). Apabila penghasilan total yang diperoleh besarnya sama dengan biaya total yang dikeluarkan maka perusahaan tidak mendapat keuntungan (laba) dan tidak menderita kerugian. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan impas atau berada pada titik pulang pokok (Break Even Point atau BEP). Dengan demikian Break Even Point (BEP) tercapai pada saat total penghasilan (TR) = total biaya (TC).
Analisis BEP memerlukan beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Biaya di dalam perusahaan dapat digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, oleh karena itu semua biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dapat diklasifikasikan dan diukur secara realistik sebagai biaya tetap dan biaya variabel
2. Biaya variabel secara total berubah sebanding dengan volume penjualan/produksi, tetapi biaya variabel per unitnya tetap.
3. Biaya tetap secara total jumlahnya tetap (pada range produksi tertentu) meskipun terdapat perubahan volume penjualan/produksi. Hal ini berarti biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume penjualan/produksi.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode waktu yang dianalisis. Tingkat harga pada umumnya akan stabil dalam jangka pendek. Dengan demikian apabila harga berubah, maka break even-pun tidak berlaku (berubah).
5. Perusahaan hanya menjual atau memproduksi satu jenis barang. Artinya hanya terdapat satu jenis produk yang diproduksi atau dijual perusahaan. Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka perimbangan atau komposisi penggunaan biaya dan penghasilan atas produk yang dijual (sales mix) harus tetap konstan
6. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material (perubahan besar) dalam jangka pendek.
7. Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau tidak ada persediaan sama sekali, baik persediaan awal maupun persediaan akhir.
8. Efisiensi dan produktivitas per karyawan tidak berubah dalam jangka pendek
Dari asumsi-asumsi yang ada pada analisis BEP tersebut di atas, maka Break Even Point akan berubah bila asumsi-asumsi tersebut di atas mengalami perubahan.
1. Adanya perubahan harga jual
Perubahan harga jual produk dapat berubah naik atau turun. Menurut hukum permintaan, apabila harga jual naik maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan menurun. Hal ini dapat berakibat perubahan jumlah penghasilan totalnya (TR). Demikian pula jika harga jual turun, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan naik sehingga total penghasilannya akan naik. Jika harga jual naik, dengan asumsi jumlah barang yang diminta tetap, maka titik pulang pokok (BEP) akan turun, hal ini karena titik pulang pokok akan diperoleh dengan penjualan barang yang lebih sedikit. Sebaliknya, jika harga jual turun, maka titik pulang pokok (BEP) akan naik, karena untuk mencapai BEP diperlukan penjualan barang yang lebih banyak.
2. Adanya perubahan biaya tetap dan atau biaya variabel
Naik-turunnya biaya (biaya tetap dan variabel) juga akan mempengaruhi besarnya BEP, Apabila biaya naik, berarti kita memerlukan barang yang lebih banyak untuk mencapai titik break even (BEP). Sebaliknya apabila biaya turun, maka kita memerlukan jumlah barang yang lebih sedikit untuk mencapai titik break even. Batas penurunan jumlah produk yang direncanakan untuk dijual yang dianggap aman disebut margin of safety. Besarnya penurunan yang dimaksud adalah penurunan dari penjualan yang direncanakan sampai penjualan pada BEP.
3. Adanya perubahan komposisi penjualan (sales mix)
Analisis BEP merupakan analisis keuangan yang cukup lemah karena asumsinya. Asumsi BEP bahwa perusahaan hanya menjual satu macam produk hampir tidak mungkin terpenuhi, hal ini karena sangat jarang perusahaan yang hanya menjual satu jenis produk saja. Oleh karena itu, apabila analisis BEP diberlakukan bagi perusahaan yang menjual barang lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau perimbangan biaya dan produk yang dijual harus tetap. Misalnya perusahaan menjual 2 macam produk A dan B dengan perimbangan 2 banding 3 apabila perusahaan menambah penjualan produk A sebanyak 2 bagian, maka produk B juga harus ditambah sebanyak 3 bagian. Dengan demikian, maka komposisi penjualan produk A dan B akan tetap sama.
Sumber Pendanaan Usaha
Terdapat 2 Sumber Pendanaan usaha Yaitu Ekuitas (modal sendiri) dan Utang
a. Pendanaan Ekuitas.
Pendanaan ekuitas dapat diperoleh dari tabungan individu, teman/saudara investor perorangan, perusahaan besar, perusahaan modal ventura dan perorangan.
b. Pendanaan dari utang
Pendanaan dari utang yaitu merupakan pendanaan yang berasal dari pinjaman baik, pinjaman dari teman, pemasok, pemberi pinjaman berbasis asset, bank-bank komersial, program yang didukung oleh pemerintah, lembaga-lembaga keuangan swadaya masyarakat, perusahaan besar dan perusahaan modal ventura.
Ada berbagai cara mencari sumber dana untuk usaha. Mulai dari koperasi simpan pinjam sampai dengan rumah gadai. Selain itu kredit usaha yang ditawarkan oleh bank–bank pun semakin hari kian menggoda.
Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai sumber–sumber dana yang bisa menyediakan modal untuk usaha:
1. Dana Pribadi
Berasal dari tabungan pribadi atau deposito, menjual barang–barang berharga dan sebagainya. Kelebihan dari dana ini adalah merupakan dana yang paling murah karena tidak dikenakan beban bunga. Kekurangannya ialah jumlah yang terbatas.
2. Dana dari sistem gadai
Dapat diperoleh dengan menggadaikan barang maupun surat berharga ke lembaga formal maupun non-formal, misalkan rumah gadai. Prosedur untuk mendapatkan dana ini relatif sederhana, keterbatasannya ada pada jumlahnya yang biasanya terbatas dan juga jangka waktu pinjaman yang relatif pendek.
3. Pinjaman kepada lembaga non-formal
Dana didapatkan dari pinjaman arisan keluarga atau kelompok pertemanan. Caranya sederhana namun jangka waktu pinjaman juga relatif pendek.
4. Bermitra / berpartner
Mendapatkan pendanaan dengan mengundang investor untuk memodali usaha, atau pendanaan dari lemabaga pengembangan kemitraan. Dana juga bisa diperoleh melalui usaha modal ventura. Dana semacam ini tergolong murah karena tidak ada beban bunga dan kemungkinan perusahaan tumbuh lebih cepat sangat besar. Kekurangannya adalah proses mendapatkannya sangat lama sehingga tidak dapat diandalkan untuk keperluan dana yang sangat mendesak
· Pinjaman Modal Ventura
Pengertian modal ventura sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 adalah “Badan usaha yang melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bnatuan pembiayaan.” Modal ventura adalah perusahaan yang memberikan pembiayaan dengan cara melakukan penyertaan langsung ke dalam perusahaan yang dibiayai, dan keuntungan dari modal ventura berupa deviden atau capital gain.
Jenis Pembiayaan Modal Ventura
Jenis-jenis pembiayaan perusahaan modal ventura adalah sebagai berikut :
a. Equity Financing
Merupakan jenis pembiayaan langsung. Dalam hal ini perusahaan modal
ventura melakukan penyertaan langsung pada perusahaan pasangan usaha
(PPU) dengan cara mengambil bagian dari sejumlah saham milik PPU.
b. Semi Equity Financial
Merupakan pembiayaan dengan membeli obligasi konversi yang
diterbitkan oleh perusahaan PPU.
c. Mendirikan perusahaan baru
Dalam hal ini perusahaan modal ventura bersama-sama dengan PPU
mendirikan usaha yang baru sama sekali.
d. Bagi hasil
Merupakan pembiayaan kepada usaha kecil yang belum memiliki bentuk
badan hukum perseroan terbatas, namun dapat pula perusahaan yang
berbentuk PT,apabila kedua belak pihak menyetujuinya.
5. Hibah
Mendapatkan dana dari perusahaan atau lembaga yang mempunyai program pengembangan kewirausahaan. Dana jenis ini tergolong sangat murah tetapi persaingan untuk memperolehnya sangat ketat.
6. Pinjaman ke lembaga non-bank
Jenis pinjaman ini antara lain pinjaman ke komperasi simpan pinjam atau BPR, pinjaman ke lembaga pembiayaan maupun leasing. Prosedurnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan dengan lembaga perbankan. Nilai pinjaman juga bisa dinegosiasikan demikian juga dengan jangka waktu pinjamannya. Kekurangannya terkadang suku bunga yang ditawarkan lebih tinggi. Bila ingin meminjam di koperasi, peminjam harus menjadi anggota terlebih dahulu
.7. Pinjaman ke bank
Dana didapatkan dengan meminjam langsung ke bank. Kendala terbesar adalah pada prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon kredit. Pinjaman ini relatif aman karena perjanjiannya jelas dan juga ada pengawasan dari pihak bank. Jumlah pinjaman relatif besar bila dibandingkan dengan sumber pendanaan lainnya.
8. Pasar modal
Menerbitkan surat hutang dan ditawarkan ke publik melalui pasar modal. Untuk kebutuhan dana yang sangat besar maka pinjaman ini bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat. Namun banyak syarat dan prosedur yang harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum pemohon dana layak menerbitkan surat utang ke publik. Selain itu juga perusahaan wajib menampilkan laporan keuangan setiap periode. (Himawan Hartono).
Sumber dana pada setiap tahap perkembangan perusahaan:
1. Pendirian
Seperti: Tabungan Pribadi, Kredit dagang.
2. Pertumbuhan
Seperti: Dana Internal, Kredit Bank, dan Modal Ventura.
3. Kedewasaan
Seperti: Go Public melalui pasar uang dan pasar modal.
4. Matang dan Kemunduran
Seperti: Dana Internal, Pembelian kembali Saham, Diversifikasi dan Merger.
Sumber pembiayaan jangka panjang perusahaan yang utama :
a. Saham preferen.
b. Saham biasa.
Hubungan dengan Pemodal
Hubungan investor atau investor relation merupakan salah satu fungsi dari public relations. Dalam melakasanakan kegiatan dan fungsinya, maka seorang investor relations perlu membangun hubungan yang baik bukan hanya dengan para shareholder atau pemegang saham saja, namun dengan berbagai macam pihak, salah satunya adalah menjalin hubungan dengan regulator (Bursa Efek Indonesia) sebagai lembaga pemerintah yang berfungsi melakukan pengawasan dan pengaturan. Fungsi investor relations juga dapat mewakili jajaran direksi perusahaan dalam hubungannya dengan pihak investor, pelaku pasar modal, dan pemilik saham. Oleh sebab itu implementasi strategi yang sudah disusun dan direncanakan harus diaktivasikan guna menambah daya modal dengan menarik para calon investor. Lebih dari itu, melalui peran seorang investor relations, sebuah organisasi dapat mengatasi berbagai macam masalah, mulai dari pencarian modal usaha, melakukan customer approach, melakukan riset atau survei market, sampai menangani krisis.
Penilaian Perusahaan
Seorang wirausahawan perlu melakukan penilaian terhadap kinerja manajemen termasuk kepada seluruh anggota perusahaan penilaian hasil usaha dengan melakukan evaluasi pada laporan perusahaan, diantaranya seperti :
1. Laporan Laba/Rugi adalah suatu gambaran salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi.
2. Laporan Neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang
menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan.
3. Laporan Perubahan Modal
merupakan salah satu bentulk laporan keungan yang memberikan informasi tentang penyebab bertambah atau berkurangnya modal selama dalam masa periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas
menggambarkan adanya suatu penerimaan dalam aliran kas masuk perusahaan dari kegiatan perusahaan tersebut.