Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Penalaran Deduktif

Pengertian Penalaran

Suatu proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju kepada. Suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

Asal Kata

Deduksi berasal dari bahasa Latin “deducere” yang berarti :

de = dari

ducere = menghantar

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif, yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.

Macam-macam silogisme dalam Penalaran Deduktif :

Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen dan 3 macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternatif.

Corak Berpikir Deduktif

Silogisme yaitu suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi yang ketiga.

Kedua proposisi yang pertama disebut premis.

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yan mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu :

Premis umum : Premis Mayor (My)

Premis khusus remis minor (Mn)

Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh :

Contoh silogisme Kategorial :

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA

Mn : Saya adalah mahasiswa

K : saya lulusan SLTA

Premis Mayor yaitu proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu.

Premis Minor yaitu proposisi yang mengidentifikasi setelah peristiwa (fenomena). Yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi.

Kesimpulan yaitu proposisi yang mengatakan bahwa apa yang benar tentang seluruh kelas, juga akan benar atau berlaku bagi anggota tertentu.

2.Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.

Konditional Hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuan. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

My : Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.

Mn : Makanan tidak ada.

K : Jadi, Manusia akan kelaparan

Premis Mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal

Premis Minor : Hujan tidak turun

Kesimpulan : Sebab itu panen akan gagal

3. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.

Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.

Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh :

My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.

Mn : Kakak saya berada di Bandung

K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.

4. Entimen

Suatu silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Rumus: C = B karena C= A

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh :

– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu anda berhak menerima hadianhnya.

PU : semua siswa SMAN 1 Indramayu masuk di universitas favorit yang mereka impikan. (Semua A=B)

PK : Boim Siswa SMAN 1 Indramayu (C = A)

K : Boim masuk universitas favorit (C=B_

Bentuk Entimennya :

Boim masuk universitas favorit yang ia impikan karena ia siswa SMAN 1 Indramayu (C=B Karena C= A)

5. Rantai Deduksi

Rantai Deduksi adalah penalaran yang berlangsung lebih formal.

Penalaran ini tidak terhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal.

Contoh :

– Semua buah belimbing masam rasanya (Hasil generalisasi)

– Kali ini saya diberi lagi buah belimbing

– Sebab itu, buah belimbing ini juga pasti masam rasanya (deduksi)

– Saya tidak suka akan buah-buahan yang masam rasanya, (Induksi : Generalisasi)

– Ini adalah buah belimbing masam.

– Sebab itu, saya tidak suka buah belimbing ini (deduksi)

– Saya tidak suka makan apa saja, yang saya tidak senengi ( Induksi : Generalisasi)

– Saya tidak suka buah ini

– Sebab itu saya tidak memakainya (Deduksi)

Paragraph berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Letak kalimat utama diawal paragpraf

2. Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus.

3. Diakhiri dengan penjelasan.