Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Pengertian Estetika, Prinsip, Manfaat, Unsur, Teori dan Contohnya

Pengertian Estetika

Secara etimologis, kata estetika berasal dari bahasa Latin yaitu aestheticus atau dalam bahasa Yunani yaitu aestheticos yang artinya adalah merasakan atau hal yang dapat diserap oleh panca indera manusia. Kata aestheticos tersebut adalah turunan kata dari aisthanomai yang artinya adalah saya melihat, meraba dan merasakan.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang filsuf bernama Alexander Gottlieb Baumgarten di tahun 1735. Menurut Baumgarten, estetika merupakan ilmu yang membahas tentang hal-hal yang dapat dirasakan melalui perasaan.

Pada awal kemunculannya, estetika adalah penilaian terhadap suatu hal yang indah dan dinilai dari aspek-aspek teknik dalam membentuk suatu karya. Akan tetapi, perubahan pola pikir masyarakat turut mempengaruhi penilaian pada estetika.

Contohnya seperti pada masa-masa romantisme di Perancis, estetika adalah keindahan yang diartikan sebagai kemampuan untuk menyajikan suatu hal dalam keadaan apa adanya.

Ada pula yang menyebutkan bahwa arti dari kata estetika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai keindahan serta biasanya ada pada seni dan alam semesta.

Estetika juga dapat diartikan sebagai keilmuan yang membahas tentang kualitas keindahan dari objek atau daya impuls serta pengalaman estetik dari pencipta dan pengamatnya.

Estetika atau keindahan memiliki banyak makna serta arti, setiap orang memiliki pengertian yang berbeda-beda di antara satu dan yang lainnya. Karena, setiap orang memiliki penilaian sekaligus kriteria estetika yang berbeda-beda.

Pengertian Estetika Menurut Para Ahli

Meskipun berbeda-beda, berikut pendapat para ahli tentang pengertian dari estetika agar bisa memahaminya lebih baik.

1. Bruce Allsopp

Estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai proses serta peraturan dalam menciptakan suatu karya seni yang diharapkan dapat menimbulkan perasaan positif bagi orang yang melihat serta merasakannya.

2. Herbert Read

Estetika adalah kesatuan serta hubungan bentuk yang ada di antara penyerapan inderawi seorang manusia, pada umumnya manusia menganggap estetika adalah seni atau seni yang mengandung akan nilai-nilai keindahan.

Pandangan seperti ini sebenarnya adalah salah dan justru akan membuat masyarakat kesulitan untuk mengapresiasi seni. Karena menurut Herbert Read, seni tidak selalu mengandung nilai keindahan atau estetika.

3. J.W Morris

Menurut Moris, estetika sama seperti seni karena estetika dapat dikenakan pada berbagai macam objek, baik itu objek yang indah ataupun tidak. Moris juga menyebutkan bahwa estetika adalah suatu objek seni atau art.

4. Dra. Artini Kusmiati

Kusmiati berpendapat bahwa estetika merupakan suatu keadaan yang memiliki hubungan dengan sensasi dari keindahan yang baru bisa dirasakan oleh seseorang, apabila terjalin perpaduan yang harmonis di antara elemen yang ada pada suatu objek.

5. KBBI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), estetika memiliki dua arti. Pengertian yang pertama dari estetika merujuk pada suatu cabang filsafat yang membahas mengenai seni, nilai kehidupan serta tanggapan manusia terhadap seni tersebut. Sementara itu, pengertian kedua dari estetika adalah kepekaan manusia pada seni dan keindahan.

6. Kattsoff dalam Element of Philosophy (1953)

Kattsoff menjelaskan estetika sebagai segala sesuatu dan kajian pada hal-hal yang memiliki kaitan dengan kegiatan seni.

7. Van Mater Ames dalam Collier’s Encyclopedia

Estetika menurut Van Mater Ames adalah suatu telaah yang memiliki kaitan dengan penciptaan, apresiasi serta kritik pada karya seni dalam konteks keterkaitan dengan seni dalam kegiatan manusia serta peranan seni pada perubahan dunia.

8. Jerome Stolnitz dalam Encyclopedia of Philosophy

Estetika adalah suatu kajian filsafat keindahan serta keburukan.

9. A.A Djelantik dalam Estetika Suatu Pengantar (1999)

Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai segala sesuatu yang memiliki kaitan dengan keindahan dan mempelajari seluruh aspek yang disebut sebagai keindahan.

10. Jakob Sumardjo dalam Filsafat Seni (2000)

Menurut Jakob Sumardjo, estetika mempersoalkan mengenai hakikat dari keindahan alam serta karya seni. Sementara itu, filsafat seni mempersoalkan karya seni saja atau benda-benda seni atau artifak yang disebut sebagai seni.

Prinsip Estetika

– Prinsip kesatuan
– Prinsip proporsi
– Prinsip skala
– Prinsip keseimbangan
– Prinsip irama
– Prinsip urutan
– Prinsip klimaks.

Fungsi Estetika

Estetika memiliki fungsi dalam kehidupan sehari-hari, baik itu estetika yang baik atau estetika yang buruk. Ilmu estetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan keindaha dan mempelajari seluruh aspek dari apa yang diketahui oleh manusia sebagai keindahan.

Akan tetapi, keindahan yang dimaksud dalam ilmu estetika ini bukan hanya mengenai suatu karya seni saja, tetapi dalam setiap aspek kehidupan. Seperti kejiwaan, emosi dan pengetahuan. Estetika ini juga dapat digunakan oleh seseorang untuk menilai suatu hal yang memang dianggap baik maupun buruk dalam kehidupan sehari-hari.

Selain fungsinya, ilmu estetika sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan dipandang penting. Terutama bagi seseorang yang menggeluti bidang seni, entah itu sebagai pengamat, kritikus atau bahkan senimannya.

Manfaat Estetika

Melalui ilmu estetika tersebut, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Memperdalam pengertian mengenai rasa indah yang pada umumnya serta mengenai kesenian secara khusus.
  2. Memperluas pengetahuan serta penyempurnaan mengenai pengertian tentang unsur objektif yang membangkitkan rasa indah terhadap manusia serta faktor objektif yang berpengaruh pada pembangkitan pada rasa indah tersebut.
  3. Memperluas pengetahuan serta penyempurnaan tentang pengertian unsur subjektif yang berpengaruh pada kemampuan untuk menikmati rasa indah.
  4. Memperkokoh rasa cinta pada kesenian serta kebudayaan bangsa pada umumnya dan mempertajam kemampuan dalam mengapresiasi kesenian serta kebudayaan bangsa Indonesia.
  5. Memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
  6. Memperdalam pengertian tentang keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
  7. Memantapkan kemampuan dalam menilai karya seni yang secara tidak langsung ikut mengembangkan apresiasi seni dalam masyarakat pada umumnya.
  8. Memantapkan kewaspadaan atas pengaruh negatif yang akan merusak mutu kesenian serta berbahaya pada kelestarian aspek serta nilai tertentu pada kebudayaan bangsa Indonesia.
  9. Secara tidak langsung dengan bobot baik yang dibawa oleh kesenian, dapat memperkokoh masyarakat dalam keyakinan akan moralitas, kesusilaan, peri kemanusiaan serta ketuhanan.
  10. Melatih diri untuk disiplin dalam cara berpikir dan mengatur pemikiran secara sistematis, membangkitkan potensi dalam berfalsafah yang dapat memberi kemudahan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan, memberikan wawasan yang luas serta bekal bagi kehidupan spiritual maupun psikologi seorang individu.

Teori Estetika

1. Teori Estetika Formil

Teori estetika formil adalah teori pertama yang banyak berhubungan dengan seni klasik serta pemikiran klasik. Teori estetika formil ini mengungkapkan bahwa keindahan yang ada pada luar bangunan memiliki hubungan dengan persoalan bentuk serta warna.

Teori estetika ini lalu menganggap bahwa keindahan merupakan hasil formil dari suatu ukuran, ketinggian, lebar, dimensi dan sebuah warna maupun kombinasi di antaranya.

Rasa indah tersebut, kemudian menjadi emosi yang secara langsung dapat mengakibatkan bentuk tanpa perlu memandang konsep yang lainnya. Teori estetika formil ini mengadopsi konsep ideal yang sifatnya adalah absolut serta memiliki tujuan pada bentuk yang indah serta mengarak pada mistik.

2. Teori Estetika Ekspresionis

Teori kedua adalah teori estetika ekspresionis yang mengungkapkan bahwa keindahan tidak selalu menjelma dalam sebuah bentuk, tetapi juga berasal dari maksud serta tujuan dari ekspresi objek tersebut.

Teori ini menganggap bahwa keindahan merupakan karya seni yang bergantung dari apa yang diekspresikannya. Dalam bidang arsitektur, keindahan yang dihasilkan oleh ekspresi adalah yang paling sempurna di antara kekuatan daya tarik serta kekuatan bahan maupun material.

Kekuatan dasar utama dari keindahan yang dimaksud merupakan ekspresi fungsi ataupun kegunaan dari suatu bangungan pada titik tujuan yang ingin dicapai.

3. Teori Estetika Psikologis

Teori terakhir dari estetika adalah teori estetika psikologis yang memiliki tiga aspek utama yang menjadi dasar dari teori ini. Berikut penjelasannya:

Keindahan dalam arsitektur merupakan bentuk irama yang mudah serta sederhana. Dalam bidang kajian arsitektur, pengamat juga ikut merasakan bahwa dirinya ikut mengerjakan apa yang dilakukan oleh bangunan tersebut secara mudah, sederhana serta lebih luwes.

Keindahan merupakan bentuk akibat dari emosi yang hanya dapat ditunjukan dengan prosedur psikoanalitik. Karya seni lalu bisa mendapatkan kekuatan estetikannya dari reaksi seseorang secara keseluruhan. Reaksi dari setiap orang, bisa jadi berbeda-beda dan tidak seragam.

Keindahan merupakan bentuk akibat dari rasa kepuasan seorang pengamat atau penikmat pada objek karya seni tersebut.

Ketiga teori estetika tersebut, merupakan suatu bentuk manifestasi untuk menerapkan keindahan dari berbagai macam sudut pandang objek yang dinilai oleh seseorang. Baik itu secara mistik, emosional, ilmiah maupun intelektual.

Aspek-Aspek Estetika

Dalam kajian estetika itu sendiri, ada tiga aspek yang biasa digunakan sebagai acuan untuk menilai karya seni yaitu anarki, absolutisme serta relativisme, berikut penjelasannya:

1. Absolutisme

Absolutisme merupakan bentuk penilaian dari sebuah karya seni yang memiliki sifat mutlak serta tidak dapat ditawar ataupun diganggu gugat. Bentuk dari penilaian satu ini berdasarkan pada hal konvensi atau pada bentuk peraturan yang telah ditentukan.

2. Anarki

Anarki merupakan bentuk penilaian kedua yang didasarkan pada pendapat setiap orang dan sifatnya adalah subjektif serta tidak perlu lagi adanya bentuk pertanggungjawabkan.

Penilaian anarki ini tetap didasarkan pada peraturan seni yang berlaku. Akan tetapi telah disesuaikan dengan pengalaman serta perspektif seseorang atas pandangannya mengenai seni.

3. Relativisme

Relativisme adalah aspek ketiga dalam estetika. Relativisme merupakan bentuk penilaian seseorang yang sifatnya adalah tak mutlak atau tidak absolut serta masih memiliki sifat objektif. Maka artinya, penilaian tersebut masih mempertimbangkan banyak hal dengan segala peraturan yang berlaku.

Unsur Estetika

1. Unsur Bentuk

Unsur pertama adalah unsur bentuk atau disebut pula sebagai shape yang berpengaruh pada daya tarik dari suatu objek. Secara umum, bentuk dari objek terdiri dari dua jenis yaitu dua dimensi dan tiga dimensi.

Bentuk dari dua dimensi umumnya tidak memiliki volume serta datar. Contohnya seperti foto, hiasan dinding, lukisan dan lain sebagainya. Sementara itu, bentuk dari tiga dimensi memiliki volume, kedalaman dan ruang. Contohnya seperti tas, patung, pakaian dan lain sebagainya.

2. Unsur Warna

Warna juga menjadi salah satu unsur dari estetika, karena warna dapat mempengaruhi penampilan dari suatu objek. Biasanya penampilan dari warna akan disesuaikan dengan orang yang akan menggunakannya. Contohnya seperti selera warna dari pakaian yang dikenakan oleh anak muda, umumnya akan cenderung memiliki pemilihan warna yang berbeda dengan pemilihan warna orang yang berusia lanjut atau tua.

3. Unsur Tema

Tema merupakan bentuk ide maupun gagasan yang ingin disampaikan oleh pencipta suatu objek atau sebuah karya seni pada penikmat seni atau orang lain dengan lebih luas. Unsur tema pada estetika biasanya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, contohnya seperti kondisi geografis, adat istiadat, kondisi budaya dan faktor lainnya.

4. Unsur Motif Hias

Unsur terakhir pada estetika adalah motif hias. Unsur satu ini merupakan pola atau bentuk gambar yang menjadi hiasan pada objek maupun produk seni tertentu. Tujuan dari adanya motif hias ialah untuk menambah nilai estetika atau keindahan pada objek seni pada ketentuan maupun standar-standar tertentu.

Contoh Estetika

Contoh nilai estetika, misalnya seseorang mungkin saja akan sangat bahagia dan senang, jika ia melihat suatu lukisan yang menurutnya sangatlah indah. Di sisi lain, mungkin juga menurut orang lain lukisan itu tidaklah indah.

Kita bisa menemukan contoh nilai estetika dalam hal berikut ini:

– Apabila kita menonton pentas pertunjukan
– Melihat suatu pemandangan alam
– Merasakan makanan
– Hasil riasan atau makeup (kecantikan itu relatif)
– Melihat karya seni, contohnya lukisan, kerajinan dan lain-lain.