Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Pengertian mengenai Debit, Deposito, Depresiasi dan Dividen

DEBIT

Debit (disingkat dr) adalah istilah dalam akuntansi keuangan yaitu penambahan uang dalam arus kas perusahaan atau penambahan nilai transaksi. Debit merupakan lawan dari kredit. Kode perkiraan (akun) jenis aset dan beban akan bertambah nilainya jika didebit, sedangkan liabilitas, ekuitas, dan pendapatan akan berkurang jika didebit. Konsep ini dipakai dalam pembukuan berpasangan. Biasanya dalam pembukuan, debit dicatat disebelah kiri dan sementara kredit dicatat disebalah kanan. Hubungan debit dan kredit adalah hubungan sebab dan akibat. Cara membedakan antara debit dan kredit yaitu dengan memahami transaksi kas dengan utang, modal, pendapatan, dan biaya.

Definisi

Kata debit diambil dari bahasa Latin yaitu debere yang dalam bahasa Indonesia berarti percaya atau mempercaya. Debit menambahkan akun aset atau beban dan mengurangi akun liabilitas atau ekuitas. Debit menunjukan pencatatan sebelah kiri pada sebuah pembukuan atau akun.

Frederich D.S. Choi dan Gerhard G. Mueller memeberikan definisi bahwa debit adalah sebuah proses identifikasi, pengukuran dan mengkomunikasikan informasi ekonomi agar pemakai dimungkinkan untuk mebuat pertimbangan dan keputusan.

Sejarah

Istilah debit mulanya diperkenalkan oleh matematikawan dan biarawan Fransiskan asal Italia, Fra Luca Bartolomeo De Pacioli (kadang-kadang Paciolo atau Lucas Paliolo) dalam bukunya berjudul Summa de Arithmetica Geometrica Et Proportionalita pada tahun 1494. Buku itu terdiri dari 36 bab dan terdapat dua bab yang membahas tentang akuntansi, yaitu de Computis et Scripturis. Pada bab itu, ia membahas tentang double entry yang disebut dengan istilah debere dan credere yang ia sebut sebagai pancatatan (pembukuan) berpasangan. Istilah itu kini dikenal dengan kata debit dan kredit. Karena gagasannya itu, ia dinobatkan sebagai bapak akuntansi. Sejak itu, teori terus dikembangkan dipakai hingga kini.

Penggunaan debit salam akuntansi

1. Aset, yaitu diartikan sebagai harta. Juga disebut sebagai harta lancar dan tidak lancar. Harta lancar adalah yang mudah dicairkan, contohnya kas, tabungan dan lain sebagainya. Sebalinya, harta yang tidak lancar adalah yang sulit dicairkan, seperti barang, kendaran dan lain-lain. Ketika aset bertambah maka adalah debit.

2. Beban, yaitu diartikan sebagai pembelanjaan. Harus harus dilakukan agar usaha terus berjalan. Pada debit, beban artinya bertambah.

3. Liabilitas dan ekuitas, yaitu diartikan sebagai hutang dan hak milik.

4. Akumulasi, yaitu kumulasi ini nantinya di neraca akan mengurangi nilai dari aset tetap seperti kendaraan dan alat-alat.

DEPOSITO

Deposito adalah uang yang disimpan dalam rekening. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu yang mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Deposito baru bisa dicairkan sesuai dengan tanggal jatuh temponya, biasanya deposito mempunyai jatuh tempo 1, 3, 6, atau 12 bulan. Bila deposito dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo, maka akan kena penalti sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Penalti adalah cara yang dilakukan pihak Bank untuk menghindari risiko jika para nasabahnya tidak sabaran untuk segera mencarikan dana yang diinvestasikan dalam bentuk deposito. Deposito juga dapat diperpanjang secara otomatis menggunakan sistem ARO (Automatic Roll Over). Deposito akan diperpanjang otomatis setelah jatuh tempo, sampai pemiliknya mencairkan depositonya. Salah satu alasan

Jenis-jenis

Deposito ada 3 macam jenis, yaitu Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan Deposito On-Call. Berikut penjelasannya

  1. Deposito Berjangka, yaitu deposito yang umum dikenal masyarakat, Deposito berjangka adalah jenis tabungan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu. Deposito berjangka diterbitkan bisa dengan atas nama perorangan maupun lembaga. Uang yang disimpan hanya bisa diambil ketika jatuh tempo oleh pihak yang tertera pada bilyetnya.
  2. Sertifikat Deposito, diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat. Sertifikat tersebut tidak mengacu pada nama seseorang atau lembaga tertentu, sehingga dapat dipindahtangankan dan sangat mungkin untuk diperjualbelikan.
  3. Deposito On Call, yaitu tabungan berjangka dengan waktu penyimpanan yang relatif singkat, minimal 7 hari dan paling lama hanya kurang dari 1 bulan. Deposito ini dikhususkan dalam jumlah yang besar.

Manfaat

Deposito memiliki beberapa keuntungan atau manfaat, diantaranya adalah:

  1. Memiliki Jangka waktu yang lebih fleksibel
  2. Tabungan relatif aman karena dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)
  3. Memiliki risiko rendah dan bunga yang menarik
  4. Cara investasi yang paling mudah
  5. Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit
  6. Dapat diperpanjang secara otomatis

Risiko

Deposito memiliki risiko risiko yang mungkin terjadi, antara lain:

  1. Bunga relatif lebih kecil dibandingkan investasi sektor rill
  2. Uang tertahan di bank sampai jatuh tempo
  3. Pajak bunga deposito cukup besar
  4. Biaya administrasi

Ketentuan pajak

Deposito merupakan objek pajak, sehingga bunga yang akan anda terima terlebih dahulu dipotong pajak. Pajak yang dikenakan pada deposito sebesar 20% bila nilai deposito lebih dari Rp7.500.000 untuk deposito yang kurang dari Rp7.500.000 tidak dikenakan pajak. Pajak tersebut akan mengurangi nilai suku bunga yang didapatkan oleh nasabah. Pajak bunga deposito tersebut berdasarkan peraturan direktorat jenderal pajak yaitu:

  • PP 131 Tahun 2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
  • KMK-51/kmk.04/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
  • SE-01/PJ.43/2001 (berlaku sejak 1 Januari 2001) tentang PP 131 Tahun 2000.

DEPRESIASI

Penyusutan (bahasa Inggris: depreciation) dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan termasuk ke dalam biaya pada bisnis atau proyek yang tidak berbentuk tunai. Penyusutan merupakan hal penting dalam ekonomi teknik karena di Indonesia, Ditjen Pajak mengizinkan alokasi depresiasi sebagai pengurang laba. Hal ini berkaitan dengan jumlah pajak terutang di akhir periode pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik bisnis atau penanggung jawab proyek sebagai wajib pajak. Depresiasi diakibatkan oleh aset yang mengalami kondisi fisik menurun dan terjadi keusangan seiring dengan berjalannya waktu.

Faktor

Suatu depresiasi sangat dipengaruhi oleh 4 faktor berikut:

  1. Harga perolehan merupakan uang yang perusahaan keluarkan untuk mendapatkan suatu aktiva agar bisa dipakai perusahaan dan memberikan manfaat tertentu bagi perusahaan.
  2. Nilai residu merupakan estimasi total yang akan diterima jika aset dijual, ditukarkan, atau cara-cara lain saat aset tersebut tak dapat dipakai lagi. Nilai sisa sudah termasuk perhitungan pengurangan biaya-biaya yang terjadi selama masa penggunaan.
  3. Estimasi masa manfaat adalah perkiraan usia kegunaan suatu aktiva. Estimasi ini dapat dinyatakan dalam satuan waktu, satuan jam kerja, ataupun satuan hasil produksi yang disesuaikan dengan pertimbangan masing-masing perusahaan.
  4. Pola pemakaian adalah sebuah pola pemakaian yang kerap kali diabandingkan dalam menjumlahkan total beban depresiasi periode.

Pengaturan

Biaya depresiasi periode berjalan dapat diatur menjadi lebih rendah dibandingkan biaya depresiasi periode sebelumnya. Perusahaan melakukannya dengan mengganti umur ekonomis aktiva tetap bersangkutan menjadi lebih panjang. Perubahan secara langsung akan membuat laba periode bersangkutan menjadi lebih besar dibandingkan laba sesungguhnya. Sementara rekayasa manajerial dengan mengubah nilai aktiva tetap dengan melakukan revaluasi relatif jarang digunakan sebab revaluasi bukan proses yang mudah dilakukan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat mempermainkan nilai residu aktiva tetap, yaitu nilai sisa yang diperkirakan masih melekat dalam suatu aktiva tetap tertentu pada saat dihentikan pemakaiannya. Hingga nilai residu akan dikurangkan dari nilai aktiva tetap sebelum aktiva tetap bersangkutan didepresiasi. Dengan mengubah-ubah nilai residu perusahaan juga dapat mempermainkan besar kecilnya laba periode berjalan. Apabila perusahaan menginginkan labanya Iebih tinggi maka perusahaan dapat mengecilkan biaya depresiasi dengan membuat nilai residu aktiva tetap Iebih besar. Sebaliknya, apabila perusahaan menginginkan labanya Iebih rendah maka perusahaan dapat membuat biaya depresiasi lebih besar dengan mengganti nilai residu aktiva tetapnya menjadi lebih kecil. Upaya-upaya dilakukan untuk dipraktikkan oleh perusahaan dengan syarat harus diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan.

Metode

Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.

Depresiasi garis lurus

Metode yang paling mudah dan yang sering digunakan untuk menghitung penyusutan aset adalah metode penyusutan garis lurus. Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Depresiasi garis lurus adalah metode depresiasi di mana nilai aset tetap disusutkan secara merata selama masa manfaat aset tersebut dengan tanpa nilai sisa. Sebagai contoh aset tetap berupa properti, pabrik, dan peralatan. Istilah garis lurus berasal dari fakta bahwa beban penyusutan yang terjadi setiap tahun, jika digambarkan sebagai grafik garis dari waktu ke waktu, maka akan terlihat seperti garis lurus.

Metode Garis-lurus: Biaya Depresiasi Tahunan = Biaya Aktiva Tetap − Nilai Sisa Umur Manfaat Aset ( t a h u n ) {\displaystyle {\mbox{Biaya Depresiasi Tahunan}}={{\mbox{Biaya Aktiva Tetap}}-{\mbox{Nilai Sisa}} \over {\mbox{Umur Manfaat Aset}}(tahun)}}

Saldo menurun berganda

Metode saldo menurun berganda merupakan salah satu metode depresiasi yang diperbolehkan menurut aturan perpajakan. Pada metode saldo menurun berganda, beban depresiasi mengalami perubahan setiap tahunnya. Awal masa manfaat beban depresiasi cenderung lebih besar, kemudian akan semakin kecil setiap tahunnya sampai akhir masa manfaat suatu aset tetap. Hal ini berdasarkan aset tetap akan lebih besar beban penggunaannya pada awal masa manfaatnya dan cenderung semakin kecil beban penggunaannya seiring bertambahnya umur penggunaan aset tetap.

Jumlah angka tahun

Metode jumlah angka tahun tidak diperbolehkan menurut aturan perpajakan. Akan tetapi metode ini diperolehkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi profesi yang berwenang dan bertanggungjawab pada pelaksanaan pelaporan keuangan perusahaan di Indonesia. Sama seperti pada metode saldo menurun berganda, metode jumlah angka tahun memiliki beban depresiasi yang berbeda setiap tahunnya. Awal masa manfaat beban depresiasi cenderung lebih besar, kemudian akan semakin kecil setiap tahunnya sampai akhir masa manfaat suatu aset tetap.

Dana Cadangan

Asumsi yang digunakan pada metode dana cadangan yaitu penurunan nilai aset akan semakin cepat dari suatu waktu ke waktu berikutnya. Pada metode ini, besarnya depresiasi akan meningkat seiring dengan tingkat bunga yang berlaku. Besarnya depresiasi pada tahun-tahun awal akan lebih kecil karena adanya penerapan konsep nilai waktu dari uang.

Unit produksi

Metode unit produksi merupakan salah satu metode untuk menghitung depresiasi dengan anggapan bahwa suatu aset dapat memberikan manfaat dalam bentuk unit produksi tertentu. Asumsi yang digunakan pada metode unit produksi yaitu depresiasi atau penyusutan bukan berdasarkan waktu penggunaan aset, melainkan berdasarkan produktivitas aset. Suatu aset akan mengalami penyusutan berdasarkan jumlah output yang dihasilkan atau input yang digunakan.

DIVIDEN

Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya jumlah saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.

Jenis-jenis dividen

Dividen dapat dibagi menjadi lima jenis dalam perusahaan sebagai berikut:

  1. Dividen tunai; metode paling umum untuk pembagian keuntungan. Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Perusahaan publik biasanya membayarkan dividen ini secara berkala antara dua sampai empat kali dalam satu tahun dan dividen ini biasanya dikenai pajak sesuai dengan aturan yang berlaku pada saat dikeluarkannya dividen tersebut.
  2. Dividen saham; cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki oleh para pemegang saham. Metode ini mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah jumlah saham sambil mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah kapitalisasi pasar. Sehingga, para pemegang saham akan menerima saham lebih banyak setelah mendapatkan dividen saham ini.
  3. Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan cara ini jarang dilakukan. Jenis pembagian dividen seperti ini jarang dilakukan oleh perusahaan karena sulit dalam perhitungannya. Perusahaan yang melakukan dividen properti biasanya karena uang tunai yang ada di perusahaan sudah terlanjur masuk dalam investasi pada perusahaan lain.
  4. Dividen skrip; dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat janji hutang. Perusahaan akan membayarkan dividen ini pada waktu dan jumlah yang telah ditentukan sesuai surat janji hutang. Selain itu, surat hutang ini akan dikenakan bunga sampai uang tersebut dibayarkan kepada pemilik saham. Dividen skrip dipakai karena berkurangnya persediaan uang tunai dalam perusahaan yang akan menyebabkan perusahaan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang sura tersebut.
  5. Dividen likuidasi; diartikan sebagai bentuk pengembalian modal. Hal ini berlaku jika perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Perusahaan akan mengeluarkan dividen likuidasi jika masih memiliki sedikit sisa kekayaan yang dimiliki, sebaliknya jika tidak ada sisa kekayaan maka para pemegang saham tidak akan mendapat dividen.

Perusahaan bisa saja tidak membagikan dividen walau memperoleh laba, jika dalam kasus perusahaan ingin menggunakan laba perusahaan untuk tujuan melakukan ekspansi atau pengembangan usaha di masa datang ataupun proyek-proyek perusahaan yang sementara berjalan.

Istilah pada dividen

Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio (DPR) adalah rasio seberapa banyak laba perusahaan yang dibagi menjadi dividen kepada pemegang saham. Contoh sederhana:

  • Laba bersih PT. ABC adalah Rp 1.000.000.000,-.
  • PT. ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,- kepada pemegang saham.
  • DPR = 500.000.000 / 1.000.000.000 * 100% = 50%.

Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) dari PT. ABC adalah 50%.

Dividend Per Share (DPS)

Dividend Per Share (DPS) adalah dividen per lembar saham. Angka ini didapat dari pembagian dividen perusahaan dengan jumlah total lembar saham.

Contoh sederhana:

  • PT. ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,- kepada pemegang saham.
  • Jumlah total lembar saham dari PT. ABC adalah 1 juta lembar.
  • DPS = 500.000.000 / 1.000.000 = Rp 500,-.

Jadi, Dividend Per Share (DPS) atau dividen per lembar yang diterima oleh pemegang saham adalah Rp 500,-

Dividend Yield

Dividend yield adalah perbandingan seberapa besar dividen yang dibagi perusahaan terhadap harga saham yang sedang beredar.

Contoh sederhana:

  • Dividend Per Share (DPS) dari PT. ABC adalah Rp 500,-.
  • Harga saham PT. ABC adalah Rp 10.000,-.
  • Dividend yield = 500 / 10.000 * 100% = 5%.

Jadi, dividend yield dari PT. ABC adalah 5%.