Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Produksi, estetika, aliran dan distribusi film digital

 PRODUKSI FILM DIGITAL

Pembuatan film (dalam konteks akademis sering disebut produksi film) adalah proses pembuatan suatu film, mulai dari cerita,ide , atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi. Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomi,sosial,  danpolitik, dan menggunakan berbagai teknologi danteknik sinema. Biasanya pembuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika muncul masalah produksi. Produksi film besar terlama terjadi pada The thief and the cobbler selama 28 tahun.

Produksi film berjalan dalam tiga tahap:[1]

Pra Produksi—Persiapan perekaman dilakukan, yaitu ketika pemeran dan kru film dipekerjakan, lokasi dipilih, dan latar dibangun. Ini juga tahapan ketika ide film diciptakan, hak buku/naskah dibeli, dll.

Produksi—Elemen mentah untuk film akhir direkam.

Pasca Produksi—Film disuntingl; suara (dialog) produksi sekaligus disunting (namun terpisah), runut musik (dan lagu) digubah, dipentaskan dan direkam, jika film tersebut butuh musik; efek suara dirancang dan direkam; efek ‘visual’ grafis komputer lainnya ditambahkan secara digital, semua elemen suara dicampurkan menjadi ‘stem’, kemudian stem dicampurkan dan disejajarkan dengan gambar dan film tersebut akhirnya selesai (“terkunci”).

 

ESTETIKA FILM DIGITAL

Film adalah gambar bergerak yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama engan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

 

Sekarang kita telah mengerti apa arti dari film dan sekarang kita lanjut untuk membahas apa maksud estetika dari sebuah film

 

Persoalan Estetika dalam film adalah sebuah studi yang melihat film sebagai sebuah seni dan pesan artistik. Oleh karenanya konsep-konsep tentang keindahan, rasa dan kenikmatan menjadi pertimbangan saat melihat film dari perspektif tersebut. Di sini estetika film menjadi masuk dalam perdebatan umum tentang estetika, sebagai sebuah disiplin fisafat yang menaruh perhatian pada semua bentuk-bentuk seni.

 

 Secara khusus estetika film memiliki dua tampilan sekaligus, yaitu membahas persoalan film secara umum yang terkait dengan masalah estetika dan aspek-aspek khusus yang membahas karya-karya film tertentu. Hal ini disebut dengan analisa film atau kritik film. Tapi bagaimana film bisa menjadi sebuah seni seperti halnya seni lukis, musik, dan patung, bukankah unsur terpenting dari seni adalah sifatnya yang tidak pernah bisa sepenuhnya menjadi realita objektif.

 

Persoalan inilah yang menjadi trending topik pada saat fotografi kemudian film muncul Sebab produk-produk yang dihasilkan keduanya bukanlah sebuah representasi melainkan sebuah reproduksi dari realita. Terlebih film yang mampu menyamai realita yang diacunya menjadi sarna persis dalam anggapan masyarakat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, melalui imaji fotografi dan gerak yang dihasilkannya dari rekaman atas sebuah peristiwa yang ada di kenyataan sehari-hari.

 

Andre Bazin memberi jawaban atas persoalan tersebut, Berangkat dari tradisi realisme bagi Bazin tujuan dari film, karena kekhasan dari imaji yang dihasilkan mediumnya adalah keharusan kamera film untuk mengabadikan realita itu sendiri, Sedangkan bagi para teoritikus formalis, film adalah sebuah medium seni dan ekspresi artistik tapi diperlukan syarat untuk itu yakni melalui eksplorasi atas elemen-elemen yang membentuk medium tersebut. Bagi Se rge i Eisenstein dan kaum montage-Soviet jawabannya ada pada editing, Bagi Bela Balasz ada pada close-up, sedangkan Arnheim melihat variasi posisi dari sudut-sudut kamera dalam pengambilan gambar. Baik Formalis ataupun Realis seperti Bazin, film adalah seni dan sebuah medium ekspresi artistik.

 

Digital Cinema : Aliran Utama Pembuatan Film, Distribusi & Pertunjukan Film Digital

1.       Aliran Utama Pembuatan Film

Tahap Produksi

Tahap ini akan menjelaskan pada saat proses produksi dilakukan, dimana di dalamnya akan membahas semua kegiatan yang terjadi mencangkup : Drawing, Scaning, Tracing, Editing Animasi, Checking, Rendering I.

          Drawing

Drawing atau menggambar merupakan tahap awal dari proses produksi animasi film ini, dalam menggambar penulis menggunakan cara manual yaitu menggambar langsung pada media kertas. 

          Scanning

Setelah gambar manual sudah jadi, selanjutnya adalah mentransfer gambar manual tersebut ke dalam komputer atau digital menggunakan scanner, proses ini disebut dengan proses scanning. 

          Tracing

Tracing file digunakan untuk mengubah gambar berformat bitmap ke bentuk vector, yaitu ketika akan mewarnai atau mengedit gambar.

          Editing Animasi

Dalam proses ini mencakup : compositing, import file, scale, stroke, position dan opacity.

          Checking

Proses ini bertujuan untuk mencocokan antara storyboard dengan file animasi yang di edit.

          Rendering 1

Rendering tahap pertama menggunakan software animasi untuk film, seperti Adobe After Effect.

 

Pasca Produksi

Lanjutan dari tahap Produksi adalah pasca produksi yang akan meliputi pemotongan video, penggabungan voice over, sound effect dan backsound.

Pelaku Industri Film

A. Produser

Produser adalah orang yang mengepalai studio. Orang ini memimpin produksi film, menentukan cerita dan biaya yang diperlukan serta memilih orang-orang yang harus bekerja untuk tiap film yang dibuat di studionya.

B. Sutradara

Sutradara adalah orang yang memimpin proses pembuatan film (syuting), mulai  dari memilih pemeran tokoh dalam film, hingga memberikan arahan pada setiap kru yang bekerja pada film tersebut sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

C. Penulis Skenario

Orang yang mengaplikasikan ide cerita ke dalam tulisan, dimana tulisan ini akan menjadi acuan bagi sutradara untuk membuat film. Pekerjaan penulisan skenario tidak selesai pada saat skenario rampung, karena tidak jarang skenario itu harus ditulis ulang lantaran sang produser kurang puas.

D.Penata Fotografi

Penata fotografi adalah nama lain dari juru kamera (cameraman), orang yang benar-benar memiliki pengetahuan dan ahli dalam menggunakan kamera film. Dalam menjalankan tugasnya mengambil gambar (shot), seorang juru kamera berada di bawah arahan seorang sutradara.

E. Penyunting

Penyunting adalah orang yang bertugas merangkai gambar yang telah diambil sebelumnya menjadi rangkaian cerita sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Pada proses ini, juga dilakukan pemberian suara (musik) atau special effect yang diperlukan untuk memperkuat karakter gambar atau adegan dalam film.

F. Penata Artistik

Penata artistik dapat dibedakan menjadi penata latar, gaya, dan rias. Penata latar; menyiapkan suasana/ dekorasi ruang sesuai dengan skenario adegan yang diinginkan. Penata gaya membantu sutradara untuk memberikan arahan gaya kepada pemain. Dan penata rias; orang yang bertugas membantu pemeran untuk merias wajah dan rambut, hingga menyiapkan pakaian (kostum) yang akan digunakan.

G. Pemeran

Posisi pemeran yang juga disebut sebagai bintang film ini, secara kelembagaan, tidaklah begitu penting karena seorang pemeran harus tunduk dan melakukan segala arahan yang diberikan oleh sutradara. Namun, karena cerita film sampai pada penonton melalui bintang film tersebut, di mata penonton justru bintang film itulah yang paling penting, amat menentukan.

H. Publicity Manager

Menjelang, selama, dan sesudah sebuah film selesai dikerjakan, para calon penonton harus dipersiapkan untuk menerima kehadiran film tersebut. Pekerjaan ini dipimpin oleh seorang yang tahu betul melakukan propaganda, dan sebutannya adalah  publicity manager.


2. Distribusi & Pertunjukan Film Digital
Film indie umumnya menawarkan tema-tema yang beragam yang tidak ditemui di film-film pada umumnya yang cenderung latah dan mengekor film-film yang telah sukses. Tema-tema sederhana, yang justru dengan kesederhanaannya dapat menembus ketaksederhanaan, yang luput dari perhatian masyarakat.
Karena sifatnya sebagai alternatif, bukan komersil, membuat film indie penuh dengan eksplorasi subyektif dari si pembuat. Filmmaker memiliki kebebasan berekspresi menuangkan segala kreativitas imajinasinya dalam karya film, sehingga menghasilkan film-film yang tidak biasa (tidak konvensional). Kemurnian dan kejujuran inilah yang membuat film indie dikonotasikan sebagai film ‘egois’ yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja.
Kemandirian dalam pengadaan dana / tanpa sponsor secara tidak langsung juga mengakibatkan kemandirian pendistribusian dan penggunaan pemeran film. Pendistribusian dilakukan secara ‘gerilya’dan pemain film yang mendukung bukanlah selebriti terkenal, melainkan orang-orang biasa yang memiliki bakat akting.

Pendistribusian Film Digital

Untuk menghasilkan sebuah film yang dapat diterima masyarakat, tentu saja harus melalui riset yang panjang. Riset tentu saja diperuntukkan guna menemukan selera apa yang diinginkan masyarakat, sehingga industry film mampu menciptakan film yang sesuai. Strategi dalam memproduksi hingga mendistribusikan film juga perlu dipertimbangkan.

Strategi selanjutnya adalah proses waralaba. Waralaba ini banyak diterapkan untuk memperluas area produksi dalam label yang sama. Misalnya, kalau di Indonesia adalah film “Ada Apa Dengan Cinta”. Film tersebut diproduksi secara berkelanjutan sehingga dapat menarik perhatian masyarakat terhadap film tersebut. Tidak hanya itu, teknik waralaba juga bisa dalam bentuk merchandise seperti benda-benda pajangan, dll.

Eksibisi & Distribusi Film

Eksibisi Film adalah tahap akhir dari sederetan panjang dari proses produksi dalam film. Eksibisi film itu sendiri diartikan dengan sebuah tahap akhir dalam proses produksi yang memperlihatkan hasil akhir dari film kepada masyarakat setelah melewati proses development, pra produksi, produksi dan pasca produksi. Eksibisi film selalu dikaitkan dengaan distribusi film. Seperti kebanyakan bisnis, produksi film terkait dengan membuat produk (produksi), melakukan distribusi dan juga menjual barang tersebut. Oleh karena itu dalam bisnis perfilman yang perlu diperhatikan adalah 3 tahap yaitu produksi, distribusi dan eksibisi.

Tahap eksibisi film sering kali dilupakan oleh kru filmnya khususnya oleh seorang produser. Seorang produser seharusnya dari awal produksi (tahap development ataupun pra produksi) sudah memikir kemana film ini akan diputar nantinya ketika film tersebut sudah release dan dipertunjukkan di bioskop. Film terbentuk atas sederetan proses produksi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, film tidak hanya terbatas dibuat tetapi juga harus bisa disampaikan kepada masyarakat, oleh karena itu film perlu tempat untuk memutarkannya (eksibisi).

Setelah proses produksi selesai kemudian masuk dalam proses pasca produksi, proses pasca produksi adalah proses melakukan editing oleh editor, merapikan semua suara oleh soundman dari materi ketika proses produksi, dan melalukan married print antara gambar dan audio. Bila tahap pasca produksi telah selesai maka bisa dikatakan film telah menjadi satu kesatuan yang utuh, tapi tidak sampai pada tahap tersebut masih ada proses distribusi dan eksibisi.

Proses distribusi adalah proses melakukan distribusi film tersebut, pada tahap ini biasanya dikerjakan oleh seorang produser distributor tapi bila di Indonesia tahap umumnya dikerjakan sendiri oleh produser. Selain ini proses terakhir dalam produksi film adalah eksibisi, di tahap ini film diperlihatkan kepada masyarakat. Proses distribusi dan eksibisi tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling berhubungan.