Sejarah Perkembangan Teori Keuangan Perusahaan
Perkembangan teori keuangan adalah: Perkembangan teori keuangan dikenal sejak tahun 1900 sampai abad dua puluh satu ini tidak begitu pesat. Perkembangan tersebut umumnya merupakan penyempurnaan dan pendalaman serta perluasan analisis dari teori yang ada. Perkembangan teori keuangan adalah:
1. Teori Pasar Modal Efisien (Efficient Capital Market Theory)
Artinya bahwa harga-harga sekuritas yang ada di pasar modal mencerminkan informasi relevan yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut. Efisiensi pasar modal ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi baik transaksi pembelian maupun penjualan
b. Tidak ada pajak
c. Pasar bersifat persaingan sempurna, artinya banyak pembeli dan penjual
d. Pembeli maupun penjual bertindak sebagai price maker (penentu harga)
e. Baik individu maupun perusahaan memiliki akses yang sama ke pasar modal
f. Informasi yang berhubungan dengan pasar modal tersedia untuk semua pelaku pasar dan mereka memiliki harapan yang sama
g. Tidak ada biaya yang berkaitan dengan financial distress
Efisiensi pasar modal dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu:
1. Efisisensi bentuk lemah (weak-form efficiency)
Efisiensi bentuk lemah menunjukkan bahwa harga saham di masa datang tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham yang lalu. Pergerakan harga saham bersifat random (acak), sehingga tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga historis. Apabila harga saham yang akan datang dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham masa lalu, maka pasar modal tersebut belum efisien dalam bentuk lemah.
2. Efisisensi bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency)
Efisiensi bentuk setengah kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan atas informasi yang dipublikasikan.
3. Efisiensi bentuk kuat (strong-form efficiency)
Efisiensi bentuk kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak di publikasikan.
2. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori mengenai Struktur modal pertama kali dikenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (biasa disingkat: MM) tahun 1958. Modigliani dan Miller mempublikasikan teori struktur modal ini dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (future earning). Mereka mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Jika teori ini benar maka manajer keuangan tidak perlu memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham akan naik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pula bahwa besarnya struktur modal tidak relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham.
Teori struktur modal ini terus berkembang berkenaan dengan usaha perusahaan untuk menghasilkan laba yang diperoleh dari penggunaan modal. Pada tahun 1963, Modigliani-Miller mempublikasikan teorinya yang kedua tentang struktur modal dengan memperhatikan pajak. Adanya pajak maka nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham dipengaruhi oleh struktur modal, Semakin besar (banyak) hutang yang digunakan maka semakin tinggi nilai perusahaan yang berarti semakin tinggi harga sahamnya. Alasannya adalah bunga hutang yang dibayarkan dapat mengurangi pajak yang dibayar oleh perusahaan. Penghematan pajak ini merupakan keuntungan pemegang saham, sehingga nilai perusahaan meningkat yang tercermin pada meningkatnya harga saham.
3. Teori Dividen (Dividend Theory)
Menurut Modigliani-Miller dengan asumsi pasar modal efisien dan tidak ada pajak, kebijakan dividen tidak relevan dengan konsep nilai perusahaan (harga saham). Hal ini disebabkan setiap rupiah yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen mengharuskan perusahaan mengeluarkan saham baru. Sebagai akibat emisi saham baru itu maka nilai sekarang dari penerimaan pemegang saham lama menjadi semakin kecil. Ini artinya pembagian dividen tidak mempengaruhi kemakmurannya.
Dengan kata lain, bagi pemegang saham akan sama saja apakah menerima pembayaran dividen sekarang atau capital gain di masa datang. Dengan asumsi pasar modal yang efisien maka nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh keputusan penganggaran modal (Capital Budgeting Decision). Keputusan pengganggaran modal tersebut nantinya akan menentukan aliran kas dan tingkat risiko di masa datang. Risiko merupakan penentu aliran kas di masa datang karena keadaan yang akan datang penuh ketidakpastian. Hasil yang telah direncanakan kemungkinan tidak tercapai. Kemungkinan menyimpangnya hasil dari rencana yang telah ditetapkan inilah sebagai risiko yang harus diperkirakan sebelumnya.
4. Teori Diskon Aliran Kas (Cashflow Discounted Theory)
Teori ini mendasarkan diri pada konsep nilai waktu dari uang (time value of money) Aliran kas yang akan diterima pada masa depan dapat dinilai sekarang menggunakan faktor diskon. Faktor diskon ini misalnya berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di masa depan tersebut dinamakan pendiskonan aliran kas (cashflow discounted).
Pendiskonan kas ini dimaksudkan untuk menilai aliran kas di masa depan yang dinilai sekarang (presen value). Proses pendiskonan aliran kas ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Perkiraan (estimasi) aliran kas di masa yang akan datang
b. Penilaian risiko aliran kas di masa yang akan datang
c. Menganalisis penilaian risiko dihubungkan dengan aliran kas
d. Penentuan nilai sekarang dari aliran kas (present value of cashflow)
Pendiskonan aliran kas ini penting untuk menetapkan suatu tingkat diskon atau bunga yang akan digunakan untuk menilai aliran kas yang akan datang jika dinilai saat ini. Tingkat diskon yang akan digunakan tersebut harus mencerminkan tingkat risiko aliran kas, tingkat keuntungan ekonomi (return) dari investasi yang dilaksanakan dan periode waktu aliran kas (jangka waktu suatu investasi).
5. Teori Agensi (Agent Theory)
Tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham yang dapat diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham. Namun dalam praktek sering terjadi konflik antara kedua pihak tersebut yang dinamakan agency problem. Agency problem ini dapat muncul antara manajer dan pemegang saham atau antara kreditur dan pemegang saham. Dalam perusahaan besar agency problem sangat potensial terjadi karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relatif kecil.
Tidak jarang tindakan manajer bukannya memakmurkan pemegang saham, melainkan memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif utamanya adalah untuk menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain. Konflik lain yang potensial terjadi dalam perusahaan besar adalah antara pemegang saham dan kreditur. Kreditur memiliki hak atas sebagian laba dan sebagian aset perusahaan terutama dalam kasus kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang sangat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan.
6. Teori Informasi Asimetrik (Asymetric Information Theory)
Seorang manajer perusahaan pastilah lebih mengetahui tentang informasi berkaitan yang dengan kondisi dan prospek perusahaan dibanding dengan investor atau analis. Kondisi seperti ini disebut asymetric information. Artinya antara manajer dan pemilik mempunyai informasi yang berbeda tentang perusahaan. Dalam kasus ini, mungkin saja manajer perusahaan percaya bahwa saham perusahaan dalam keadaan undervalued atau overvalued. Hal itu tergantung apakah informasi tersebut menguntungkan atau tidak bagi perusahaan.
Dampak yang mungkin muncul dengan adanya asymetric information adalah timbulnya kegagalan pasar. Misalnya saja kita akan membeli komputer bekas. Pada pasar komputer bekas ini penjual biasanya memiliki informasi yang lebih baik daripada pembeli atau terdapat asymetric information atas calon penjual dan pembeli. Akibatnya, pembeli yang memperoleh informasi kurang lengkap dibanding penjual kemungkinan akan mendapatkan harga yang tidak seharusnya dibayar atau kualitas barang yang tidak sesuai dengan harganya.
7. Teori Portfolio (Portfolio Theory)
Tokoh yang terkenal dengan teori portfolionya adalah Harry Markowitz. Dia pemah memperoleh hadiah Nobel di bidang ekonomi tahun 1990. Markowitz sering disebut sebagai father of modern portfolio theory. Teori portfolio menyatakan bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan aset ke dalam suatu portfolio. Investor dapat mengurangi risiko atas investasinya dengan cara menanamkan dananya pada berbagai saham di berbagai pasar saham atau berbagai saham di suatu pasar saham (bursa). Hal ini karena risiko aset secara individu akan lebih besar dari pada risiko portfolio.
Namun teori ini belum menyebutkan secara jelas hubungan antara hasil (return) dengan risiko investasi. Oleh karena itu, teori ini kemudian disempurnakan oleh William Sharpe dengan mengembangkan teori keseimbangan yang menghubungkan antara risiko dan hasil (return) yaitu dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model CAPM ini dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa return suatu saham merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate), tingkat keuntungan yang disyaratkan atas portfolio pasar (market return) dan
8. Teori Opsi (Option Theory) Teori opsi merupakan suatu hak untuk menjual atau membeli suatu aset dengan harga tertentu selama jangka waktu tertentu. Perdagangan opsi di Amerika telah berkembang sejak tahun 1800-an. Suatu model penilaian opsi telah diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes.
Model tersebut kemudian dikenal dengan Black-Scholes Option Pricing Model. Namun demikian, walaupun sudah agak lama teori ini berkembang tetapi sampai saat ini belum dianggap sebagai teori dalam manajamen keuangan. Hanya saja ada beberapa keputusan di bidang keuangan yang dapat dianalisis dan dipahami lebih baik dengan menggunakan kerangka teori opsi ini. Sebagai contoh, dalam perkara pembatalan sewa guna usaha (leasing) sebagai salah satu alternatif pembiayaan perusahaan.
Pembatalan transaksi sewa guna usaha dapat dianalisis dengan kerangka teori opsi. Begitu pula modal yang akan digunakan oleh perusahaan yang dapat berupa modal sendiri perusahaan (ekuitas perusahaan) atau memakai hutang (leverage) dapat diperjual-belikan menggunakan teori opsi ini.
Blok Bangunan Utama Teori Ekonomi Keuangan Modern
Ada 12 building block teori ekonomi keuangan yaitu:
– Perfect capital market
– Discounted cash flow
– Capital structur theory
– Dividend theory
– Teori portfolio
– Capital asset pricing model
– Option pricing theory
– Efficient market hyphothesis
– Agency theory
– Asymetric information theory
– Teori MM dengan pajak
– Tax saving-financial cost trade off theory
EVOLUSI TEORI KEUANGAN
Konsep Pasar Modal Sempurna (Perfect Capital Markets)
– Analisis Arus Kas Yang Didiskonto (Discounted Flow Analysis)
– Teori Struktur Modal dari Modigliani Dan Miller (Capital Structure Theory)
– Teori Dividen dari Modigliani Dan Miller (Divident Theory)
– Teori Portfolio Dan Capital Asset Pricing Model (CAPM)
– Teori Penentuan Harga Option (Option Pricing Theory)
– Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis)
– Teori Keagenan (agency Theory)
– Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information Theory)
a. Konsep Pasar Modal Sempurna (Perfect Capital Markets)
Secara umum, pasar modal sempurna memiliki karakteristik :
– Tidak ada biaya transaksi
– Tidak ada pajak
– Ada cukup banyak pembeli Dan penjual
– Baik individu maupun perusahaan memiliki kemampuan yang sama dalam akses ke pasar
– Tidak ada biaya informasi sehingga setiap orang memiliki informasi yang sama
– Setiap orang memiliki harapan yang sama
– Tidak ada biaya yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan
Jelas bahwa tidak semua asumsi tsb berlaku pada dunia nyata. Namun demikian suatu teori hendaknya tidak dinilai dari realitas atau tidak asumsinya, tetapi dinilai dari seberapa besar konsisten teori tsb dg perilaku yg aktual.
b. Analisis Arus Kas Yang Didiskonto (Discounted Flow Analysis)
Proses menilai arus kas dimasa mendatang disebut Analisis discounted cash flow (DFC). Konsep dasar DCF ada pada nilai waktu uang (time value of money)
c. Teori Struktur Modal dari Modigliani Dan Miller (Capital Structure Theory)
Teori Keuangan Modern (1958), MM menyimpulkan bahwa nilai suatu perusahaan semata-mata tergantung pada arus penghasilan dimasa mendatang (future earnings stream) Dan oleh karena itu nilainya tidak tergantung pada struktur modal (perbandingan hutang Dan modal sendiri) perusahaan.
Pada paper ini MM menggunakan asumsi yg sangat ketat, termasuk asumsi pasar modal sempurna. Karena salah satu asumsi penting adalah tidak adanya pajak, model ini disebut Model MM-tanpa pajak
Teori Struktur Modal (1963), MM menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak. Dg adanya pajak penghasilan perusahaan, hutang dapat menghemat pajak yg dibayar (krn hutang menimbulkan pembayaran bunga yg mengurangi jumlah penghasilan yg terkena pajak). Model ini disebut Model MM-Dengan Pajak.
Tax savings-financial costs trade-off theory (perbaikan model MM-dengan pajak), karena hutang menghasilkan penghematan pajak namun jg menimbulkan biaya kesulitan keuangan. Secara umum model MM yg dimodifikasi ini mengajarkan :
* berhutang sejumlah tertentu itu baik
* berhutang terlalu banyak tidak baik
* ada jumlah hutang yang optimal untuk setiap perusahaan
d. Teori Dividen dari Modigliani Dan Miller (Divident Theory)
MM juga menganalisis dampak kebijakan dividen thdp nilai perusahaan. Selain asumsi pasar modal sempurna, dimasukkan pula asumsi :
Kebijakan penganggaran modal perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen
Semua investor berperilaku rasional.
Berdasarkan asumsi tsb mereka menyimpulkan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
e. Teori Portfolio Dan Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Pelajaran utama dari teori portfolio adalah secara umum, risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasi beberapa jenis aktiva berisiko daripada hanya memegang salah satu jenis aktiva saja.
Implikasi dari teori ini adalah :
– Investor harus membentuk portfolio (melakukan diversifikasi) untuk mengurangi risiko
– Risiko dari suatu aktiva individu harus diukur berdasarkan kontribusinya kepada risiko suatu portofolio yg terdiversifikasi dengan baik
Meskipun teori portfolio mengajarkan kepada investor bagaimana mengukur risiko, teori ini tidak menunjukkan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan yg disyaratkan.
Capital Asset Pricing Model (William Sharpe, John Lintner Dan Jan Moissin), menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yg disyaratkan pada suatu aktiva berisiko nerupakan fungsi dari tiga faktor, yaitu :
– Tingkat keuntungan bebas risiko
– Tingkat keuntungan yg disyaratkan pada portfolio dengan risiko rata-rata (market portfolio)
– Volatilitas tingkat keuntungan aktiva berisiko tsb thdp tingkat keuntungan market portfolio.
CAPM didasarkan pada asumsi pasar modal sempurna ditambah beberapa asumsi lainnya. CAPM memberikan implikasi nyata pada penentuan biaya modal perusahaan serta penentuan tingkat keuntungan yang disyaratkan pada suatu proyek individu dalam perusahaan.
f. Teori Penentuan Harga Option (Option Pricing Theory)
Suatu opsion (opsi) adalah hak untuk membeli (menjual) suatu aktiva pada harga yg telah ditentukan sepanjang periode waktu yg telah ditentukan.
Teori ini menawarkan suatu model penilaian harga atau premi call Dan put option. Implikasi dari teori ini adalah berkembang pasar untuk option, terutama option pada aktiva finansial. Teori ini juga membantu memahami penilaian sekuritas yg memiliki sifat option seperti warrant Dan obligasi konversi
g. Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis/EMH),
dikemukakan oleh Eugeme F. Fama
Terminologi efisiensi disini merujuk pada efisiensi secara informasi (informationally efficient)
Teori ini mengatakan jika pasar efisien maka harga merefleksikan seluruh informasi yang ada. Ironisnya pasar dpt efisien hanya jika sejumlah besar orang percaya bahwa pasar tdk efisien shg mendorong mereka untuk mencari keuntungan di atas selayaknya (excess return atau abnormal return)
Empat kondisi yg diperhatikan agar suatu pasar efisien secara informasional, yaitu :
Tidak ada biaya untuk informasi Dan informasi tersedia untuk semua peserta pasar pada waktu yang sama
Tidak ada biaya transaksi, pajak Dan kendala perdagangan lainnya
Seorang pemodal atau institusi tidak dapat mempengaruhi harga
Semua peserta pasar adalah rasional
Keempat kondisi ini tdk terdapat pada dunia nyata. Oleh sebab itu perlu dibedakan antara pasar yg (1) perfectly informationally efficient
(2) economically informationally efficient.
Pasar yg perfectly efficient, yakni yg memenuhi keempat kondisi diatas, harga selalu merefleksikan semua informasi yg diketahui, harga akan menyesuaikan diri dg informasi baru secara cepat Dan excess return hanya bisa diperoleh karena keberuntungan.
Pasar yg economically efficient, harga tdk menyesuaikan diri dg informasi baru secara cepat namun excess profit tetap tdk dapat diperoleh setelah keuntungan dikurangi dengan biaya informasi Dan transaksi.
Efisiensi Pasar Modal dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu:
Efisiensi Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency)
Efisiensi bentuk lemah menunjukkan bahwa harga saham di masa datang tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham yang lalu. Pergerakan harga saham bersifat random (acak), sehingga tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga historis. Apabila harga saham yang akan datang dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham masa lalu, maka pasar modal tersebut belum efisien dalam bentuk lemah.
Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong-Form Efficiency)
Efisiensi bentuk setengah kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan atas informasi yang dipublikasikan
Efisiensi Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency)
Efisiensi bentuk kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan.
Dalam konteks manajemen keuangan, hubungan keagenan (agency relationship) muncul antara :
– pemegang saham (shareholders) dg para manajer
– shareholders dg kreditor (bondholders atau pemegang saham obligasi)
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dg manajer potensial terjadi bila manajemen tdk memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dg tujuan memaksimumkan pemegang saham. Sebaliknya manajer perusahaan bisa saja bertindak tdk u/ memakmurkan kemakmuran pemegang saham, ttp memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri.
Terjadilah Conflict of Interest. U/ menyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh u/ kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yg disebut Agency Cost yg meliputi a.l : pengeluaran u/ memonitor kegiatan manajer, pengeluaran u/ membuat suatu struktur organisasi yg meminimalkan tindakan manajer yg tdk diinginkan, serta opportunity cost yg timbul akibat kondisi dimana manajer tdk dpt segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham.
Pengawasan secara total thdp kegiatan para manajer akan memecahkan masalah keagenan, ttp dibutuhkan biaya yg mahal Dan krg efisien. Solusi yg lbh baik adalah memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jk kinerja mereka bagus.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Paper mengenai penerapan teori keagenan pada manajemen keuangan diajukan oleh Michael C.Jensen dan William H. Meckling. Hubungan mengenai keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Dalam konteks manajemen keuangan, hubungan ini muncul antara :
Pemegang saham (shareholders) dengan para manajer serta, Shareholders dengan kreditor (bondholder atau pemegang obligasi). Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan.
Pemegang saham tentu ingin manajemen bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak untuk tidak memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri (perusahaan). Pengawasan total terhadap manajer dapat memecahkan agency problem, tetapi dibutuhkan biaya yang besar dan tidak efisien. Perusahaan meningkatkan jumlah utang hingga mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh kreditor. Biasanya kreditor yang bijak akan membuat kesepakatan dengan pihak manajemen perusahaan untuk mengurangi agency problem yaitu membuat kesepakatan yang disebut Convenant.
Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information Theory)
Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak investor di pasar modal. Teori asymmetric in formationdapat dijelaskan dengan analogi pasar mobil bekas. Penjual mobil bekas jelas memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan calon pembeli karena ia telah memakainya selama sekian waktu. Sebaliknya, calon pembeli menyadari bahwa mereka hanya memiliki sedikit info tentang mobil tersebut, akibatnya mereka akan memberikan penawaran yang relatif rendah karena ada resiko bahwa mobil yang akan dibeli ternyata "have nothing but trouble". Harga yang rendah membuat pemilik mobil yang masih baik kondisinya enggan untuk menjual mobilnya, sehingga memperkuat asumsi bahwa bila ada mobil bekas yang ditawarkan, pasti kualitasnya buruk. Bila kondisi ini dibiarkan, pasar mobil bekas akan berhenti berfungsi. Rasional yang sama berlaku untuk pasar finansial. Asymmetric information dapat mengganggu fungsi pasar finansial sehingga harus dikurangi.