Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Strategi Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi

KEBIJAKAN EKONOMI DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI

Peran Pemerintah Dalam Sistem Ekonomi

Peran atau campur tangan pemerintah dalam perekonomian ada yang bersifat kuat (negara sosialis), ada yang lemah (negara kapitalis). Indonesia menganut sistem ekonomi campuran dengann mengutamakan berlangsungnya mekanisme pasar sepanjang tidak merugikan kepentingan rakyat banyak. 

Campur tangan pemerintah dapat dibenarkan secara konstitusional : 

(1) Dari isi pembukaan UUD 1945 dengan Pancasilanya, dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah haruslah diarahkan untuk : 

(a) Memajukan kesejahteraan umum 

(b) Memajukan kecerdasan kehidupan bangsa 

(c) Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat 

(2) Pasal 33 UUD 1945 bersama dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat 2 mengandung amanat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial seluruh rakyat melalui : 

(a) Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. 

(b) Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya. 

(c) Pemeliharaan fakir miskin dan anak-anak terlantar 

(d) Penyediaan lapangan kerja 

Kebijaksanaan Pemerintah 

Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan distribusi pendapatan yang retif merata. Tujuan ini tidak bisa tercapai hanya dengan kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi saja. Diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonom harus saling mendukung.

Selain itu kebijakan ekonomi mempunyai intermediate target sebelum mencapai tujuan akhir. Sasaran perantara tersebut mencakup lima hal utama : 

(1) Pertumbuhan ekonomi (misalnya PDB atau pendapatan nasional) 

(2) Distribusi pendapatan yang merata 

(3) Kesempatan kerja sepenuhnya 

(4) Stablitas harga dan nilai tukar 

(5) Keseimbangan neraca pembayaran 

Lima sasaran ini erat kaitannya dengan masalah stabilitas ekonomi. 

Tiga macam kebijakan Ekonomi (menurut agregasinya) : 

(1) Kebijakan ekonomi mikro 

Kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana dan diwilayah mana perusahaan yang bersangkutan beroperasi. 

Contohnya : 

(a) Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan. 

(b) Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua sektor ekonoim 

(c) Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain. 

(2) Kebijakan Ekonomi Meso 

Kebijakan ekonomi sektoral atau kebijakan ekonomi regional. Kebijakan sektoral adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada sektor-sektor tertentu.s etiap departemen mengeluarkan kebijakan sendiri untuk sektornya, seperti keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, ketenaga kerjaan dan sebagainya. 

Kebijakan meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi yang ditujukan pada wilayah tertentu. Misalnya kebijakan pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia (KTI), yang mencakup kebijakan industri regonal, kebijakan investasi regional dan sebagainya. Kebijakan ini bisa dikeluarkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 

(3) Kebijakan Ekonomi Makro 

Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atua regional), kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. 

Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan intervensi langsung di pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus Tambunan, 1996). 

Kebijakan ekonomi juga bisa dibedakan antara kebijakan ekonomi dalam negeri dan kebijakan ekonomi luar negeri. 

a. Kebijakan Ekonomi dalam Negeri 

(1) Kebijakan sektor ekonomi, seperti pertanian, industri dan jasa-jasa 

(2) Kebijakan keuangan negara, seperti perpajakann, bea cukai, anggaran pemerintah (APBN). 

(3) Kebijakan moneter perbankan, seperti jumlah uang beredar, suku bunga, inflasi, perkreditan, pembinaan dan pengawasan bank. 

(4) Kebijakan ketenagakerjaan, seperti penetapan upah minimum, hubungan kerja, jaminan sosial 

(5) Kebijakan kelembagaan ekonomi, seperti BUMN, koperasi, perusahaan swasta, pemberdayaan golongan ekonomi lemah (UKM), dan lain-lain kebijakan. 

b. Kebijakan hubungan ekonomi luar negeri 

(1) Kebijakan neraca pembayaran, seperti pengamanan cadangan devisa negara. 

(2) Kebijakan perdagangan LN, seperti tata-niaga (ekspor dan impor), perjanjian dagang antar negara. 

(3) Kebijakan penanaman modal asing, seperti perizinan investasi langsung, investasi tidak langsung, usaha-usaha patungan. 

(4) Kebijakan hutang LN, menyangkut hutang pemerintah, hutang swasta, perundingan/ perjanjian dengan para kreditor, dan lain-lain kebijakan.

STRATEGI UPAYA MINIMUM KRITIS

Harvey Leibenstein mengajukan tesis bahwa sebagian besar Negara Sedang Berkembang berada dalam lingkaran setan kemiskinan yang membuat mereka tetap berada pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah. untuk itu diperlukan suatu startegi upaya minimum kritis tertentu yang dapat meningkatkan tingkat pendapatan perkapita yang berkesinambungan dan dapat dipertahankan.

Leibenstein mengatakan bahwa dalam tahap transisi dari keadaan keterbelakangan ke keadaan yang lebih maju di mana kita dapat mengharapkan pertumbuhan jangka panjang yang mantap di perlukan suatu kondisi bahwa suatu perekonomian harus mendapatkan rangsangan pertumbuhan yang lebih besar dari batas minimum kritis tertentu.

Menurut Leibenstein, setiap ekonomi akan tunduk pada hambatan dan rangsangan yang terjadi. Adanya hambatan akan menurunkan pendapatan per kapita dari tingkat sebelumnya sedangkan rangsangan cenderung akan meningkatkan pendapatan per kapita. Suatu Negara akan tetap berada pada keterbelakangan jika besarnya rangsangan lebih kecil daripada besar hambatan yang di hadapi. Hanya jika pada factor-faktor tertentu di nilai dapat meningkatkan pendapatan di berikan rangsangan yang lebih besar di bandingkan dengan hambatan yang mereka hadapi maka usaha minimum itu dapat tercapai sehingga perekonomian akan mencapai kemajuan.

a.      Pertumbuhan Penduduk Merupakan Fungsi dari Pendapatan Per Kapita

Tesis Leibenstein di dasarkan pada kenyataan bahwa laju pertumbuhan penduduk merupakan fungsi dari laju pendapatan per kapita. Laju pertumbuhan penduduk berkaitan erat dengan berbagai tahap pembangunan ekonomi. Mula-mula tingkat keseimbangan subsisten, laju pendapatan, kesuburan dan kematian sesuai dengan tingkat kelangsungan hidup penduduk. Jika pendapatan per kapita naik diatas posisi keseimbangan maka tingkat kematian akan menurun tanpa dibarengi penurunan tingkat kesuburan. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk meningkat. Jadi, kenaikan tingkat pendapatan per kapita cenderung menaikan laju pertumbuhan penduduk. Namun kecenderungan  ini hanya sampai pada titik tertentu, setelah melapaui titik tersebut, kenaikan pendapatan per kapita akan menurukan tingkat kesuburan dan ketika pembangunan sudah sampai pada tahap maju maka laju pertumbuhan penduduk akan menurun.

Argument Leibenstein tersebut didasarkan pada teks kapilaritas sosial nya Dumont, yang menyatakan bahwa kenaikan pendapat per kapita akan mengurangi keinginan untuk mempunyai banyak anak guna menunjang pendapatan orang tua. Spesialisasi yang semakin meningkat serta peningkatan pendapatan mobilitas ekonomi akan menimbulkan sebuah kenyataan bahwa mengurus  keluarga besar akan terasa lebih sulit dan mahal. Oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk menjadi konstan dan kemudian secara perlahan akan mengalami penurunan, sebaliknya perekonomian akan mengalami kemajuan yang pesat menuju garis pembangunan berkesinambungan. Menurut leibenstein, laju pertumbuhan maksium penduduk secara biologis antara 3 sampai 4 persen.

Kurva N menggambarkan laju pendapatan per kapita sedangkan kurva P menggambarkan laju pertumbuhan penduduk pada setiap tingkat pendapatan perkapita. Bermula dari titik A yang mewakili titik keseimbangan subsisten. Jika pendapatan per kapita di naikan Yb, laju pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan per kapita dua-duanya adalah 1%. Pada laju pendapatan per kapita Yc, laju pertumbuhan penduduk sebesar 2% lebih tinggi daripada laju pendapatan per kapita sebesar 1%. Oleh karena itu pendapatan per kapita harus dinaikan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan pendapatan nasional yang lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk. Hal ini bisa tercapai pada tingkat Ye dimana laju pertumbuhan penduduk yang ditentukan secara biologis oleh leibenstein diasumsikan sebesar 3%. Dengan demikian Ye adalah tingkat pendapatn per kapita minimum kritis yang diperlukan untuk menggerakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan.

b.      Faktor-faktor Lain Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pendapatan per Kapita

Selain pertumbuhan penduduk ada faktor lain yang memerlukan penerapan upaya minimum kritis yaitu :

  1. Skala disekonomis internal Yang timbul akibat tidak dapat dibaginya faktor produksi.
  2. Skala disekonomis eksternal Yang timbul akibat adanya ketergantungan eksternal, hambatan budaya dan kelembagaan yang ada di Negara Sedang Berkembang.

Untuk mengatasi kedua hal tersebut diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar. Namun upaya ini tidak dapat dilakukan pada tingkat pendapatan subsisten, karna pengeluaran pada tingkat pendapatan subsisten hanyalah sekedar untuk bertahan hidup dan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jadi upaya minimum kritis itu harus lebih besar diatas tingkat pendapatan subsisten agar roda pembangunan ekonomi yang berkesinambungan dapat bergerak.

c.       Agen Pertumbuhan

Upaya minimum kritis dapat di lakukan jika ada dukungan dari kondisi ekonomi yang relavan terhadap kegiatan usaha, sehingga laju kekuatan pendorong berkembang lebih cepat daripada kekuatan penghambat pendapatan. Oleh karena itu di ciptakan pengembangan agen-agen pertumbuhan, agen-agen pertumbuhan tersebut merupakan anggota masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan yang membantu pertumbuhan. Agen-agen tersebut adalah para pengusaha, investor, penabung, dan innovator. Kegiatan-kegiatan produktif tersebut di nilai mampu menghasilkan kewiraswastaan, peningkatan sumber daya pengetahuan, pengembangan keterampilan produktif masyarakat, serta peningkatan laju tabungan dan investasi.

d.      Rangsangan Pertumbuhan

Menurut Leibenstein, berhasil tidaknya agen pertumbuhan tergantung pada hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Leibenstein membedakan rangsangan pertumbuhan ke dalam dua jenis:

  1. Rangsangan zero-sum yang tidak meningkatkan pendapatan nasional tetapi hanya upaya distributive.
  2. Rangsangan positif-sum yang berarti terdapat upaya pengembangan pendapatan nasional.

Positif-sum dinilai mampu menghasilkan pembangunan ekonomi. Namun kondisi yang ada di NSB sering kali hanya mendorong pengusaha terlibat dalam kegiatan zero-sum. Kegiatan tersebut mencakup:

  1. Kegiatan bukan dagang untuk menjamin posisi monopolistic yang lebih besar, kekuatan politik, dan prestise sosial.
  2. Kegiatan dagang yang membawa ke posisi monopolistic yang lebih besar yang tidak menambah sumber-sumber agregat.
  3. Kegiatan spekulatif yang tidak memanfaatkan tabungan, dan tidak memanfaatkan sumber kewirausahaan yang langka.
  4. Kegiatan yang menggunakan tabungan neto, tetapi investasinya hanya mencakup bidang-bidang usaha yang nilai sosial nya nol atau lebih rendah daripada nilai privatnya.

Jadi, kegiatan zero-sum bukanlah kegiatan yang secara rill meciptakan pendapatan tetapi hanya sekedar pemindahan likuiditas dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu, upaya minimum kritis itu harus cukup besar agar tercipta iklim yang relevan bagi berlangsungnya rangsangan positive-sum.

Di dalam perekonomian terbelakang ada pengaruh tertentu yang bersifat anti perubahan, yang cenderung akan menekan pendapatan per kapita. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain :

  1. Kegiata zero-sum untuk mempertahankan hak-hak istimewa ekonomi yang ada melalui pembatasan peluang-peluang ekonomi yang memiliki potensi untuk berkembang
  2. Tindakan konservatif para buruh yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir untuk menentang perubahan.
  3. Adanya berbagai macam upaya yang menentang gagasan dan pengetahuan baru karena gagasan lama sudah tertanam dihati mereka.
  4. Adanya kenaikan pengeluaran konsumsi atas barang-barang mewah yang dinilai kurang produktif apabila dibandngkan dengan pengeluaran untuk kegiatan akumulasi modal.
  5. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja mempunyai pengaruh pada berkurangnya modal yang tersedia per tenaga kerja.

Untuk mengatasi semua kendala yang mengakibatkan suatu perekonomian berada dalam keadaan keterbelakangan, maka diperlukan upaya minimum kritis yang cukup besar untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat memacu positif-sum dan menciptakan kekuatan untuk menandingi zero-sum. Sebagai hasil dari upaya minimum kritis itu, pendapata perkapita akan mengalami kenaikan sehingga tingkat tabungan dan investai akan terstimulasi. Perubahan-perubahan tersebut berdampak :

  1. Ekspansi agen pertumbuhan.
  2. Meningkatnya sumbangan mereka pada per unit modal.
  3. Semakin berkurangnya kekuatan dari faktor-faktor penghambat pertumbuhan.
  4. Penciptaan sebuah kondisi yang mampu meningkatkan mobilitas ekonomi dan sosial.
  5. Peningkatan spesialisasi, serta berkembangnya sector suknder dan tersier.
  6. Terciptanya iklim yang cocok bagi adanya perubahan, yang pada akhir nya perubahan tersebut dinilai bisa mengurangi laju pertumbuhan penduduk.

e.       Kritik Terhadap Teori Leibenstein

Di dalam kata pengatar bukunya, Leibenstein menuliskan bahwa tujuan dari analsisnya adalah memberikan penjelasan atau pemahan bukan memberikan resep. Tetapi tesis ini mampu menarik perhatian para ekonom dan perencana pembangunan di NSB. Meskipun demikian tesis ini tetap mengandung beberapa kelemahan yaitu :

Pertama, laju pertumbuhan penduduk berkaitan dengan tingkat kematian. Menurut Leibenstein laju pertumbuhan penduduk akan meningkat seiiring dengan peningkatan pendapatan per kapita jika telah mencapai titik tertentu. Namun jika melewati titik tertentu maka pertumbuhan penduduk akan menurun. Dengan adanya perbaikan pada kapasitas kesehatan, sarana dan prasarana di NSB merupakan faktor pendorong pertumbuhan dan menekan angka kematian. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk tidak semata-mata didorong oleh perubahan yang signifikan dari pendapatan per kapita.

Kedua, penurunan tingkat kelahiran bukan disebabkan oleh kenaikan pendapatan per kapita. Di sebagian besar NSB masalah penurunan tingkat kelahiran lebih disebabkan oleh aspek sosial-budaya dan bahkan persepsi intelektual dinilai mampu mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai jumlah anak yang ideal.

Ketiga, mengabaikan peran pemerintah dalam menekan tingkat kelahiran. Leibenstien mengabaikan peran pemerintah dalam menekan tingkat kelaharian. Padahal dibanyak Negara pemerintah secara proaktiv mengkampanyekan program gerakan keluarga kecil guna menekan angka kelahiran.

 Keempat, mengabaikan unsur waktu. Strategi leibenstein cenderung mengabaikan unsur waktu dalam analisisnya. Unsur waktu diperlukan untuk mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan antara aksi dan reaksi.

Kelima, menurut Myint, hubungan fungsional antara laju pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan pendapatann total lebih kompleks dan tidak sederhana seperti yang ditunjukan Leibenstein. Ada dua argument yang mendasari pandangan tersebut. Pertama, hubungan pendapatan per kapita dengan laju tabungan dan investasi tergantung pada kinerja lembaga keuangan dalam mobilitas tabungan masyarakat. Kedua, hubungan antara investasi dan outpun yang dihasilkan tidak serta merta ditentukan oleh rasio modal seperti yang diasumsikan Leibenstein.

Keenam, strategi Leibenstein ini hanya akan relevan jika diterpakan pada perekonomian tertutup

STRATEGI PEMBANGUNAN SEIMBANG

Pembangunan seimbang dapat di artikan sebagai pembangunan berbagai jenis industri secara berbarengan sehingga industri saling menciptakan pasar bagi yang lain. Singkatnya strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya pembangunan yang harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi penawaran memberikan penekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor yang saling berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaran barang yang meiputi pembangunan serentak yang harmonis dari barang setengah jadi, bahan baku, sumberdaya energy, pertanian, pengairan, transportasi serta semua industri yang memproduksi barang konsumen.

Sedangkan sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar dan penambahan pendapatan agar permintaan barang dan jasa dapat tumbuh. Sisi ini berkaitan dengan industri yang sifatnya saling melengkapi, seperti industri benang dan industri pewarna pakaian. Jika semua industri dibangun secara serentak maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan menjadi sangat besar.

Strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan dalam:

  1. Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energy, dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil produksi ke pasar.
  2. Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan akan di produksi.

Pembangunan seimbang ini dapat pula di definisikan sebagai usaha pembangunan yang bertujuan untuk mengatur investasi sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan ada hambatan yang berasal dari penawaran dan permintaan. Jika kita melakukan pembangunan  seimbang dan dana investasi jauh lebih besar dari dana investasi sebelumnya.

a.      Menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse

Istilah pembangunan seimbang itu di ciptakan oleh Nurkse (1956). Namun demikian teori ini pertama kali di kemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan besar-besaran.

Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah untuk menanggulangi hambatan pada pembangunan ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut kearah yang lebih maju di perlukan suatu dorongan besar-besaran atau suatu program yang menyeluruh yang mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu.

Adapun tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menciptakan berbagai industri yang saling berkaitan erat satu sama lain sehingga setiap industry memperoleh eksternalitas ekonomi sebagai akibat dari proses industrialisasi seprti itu.

Menurut Rosenstein-Rodan adanya pembangunan  industri secara besar-besaran di nilai dapat menciptakan tiga jenis eksternalitas ekonomi, yaitu :

  1. Eksternalitas di akibatkan perluasan pasar
  2. Eksternalitas yang tercipta karena lokasi industry yang saling berdekatan dengan satu sama lain.
  3. Eksternalitas yang tecipta karena ada industry lain dalam perekonomian tersebut

Pendapat Nurkse tidak jauh berbeda dengan pendapat Rosenstein-Rodan. Dalam analisisnya Nurkse menekankan bahwa pembangunn ekonomi bukan hanya menghadapi masalah pada kelangkan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang-barang industry di kembangkan. Tingkat investasi yang rendah yang muncul sebagai akibat dari rendahnya daya beli masyarakat sedangkan rendahnya daya beli masyarakat di akibatkan oleh rendahnya pendapatan rill masyarakat dan rendahnya pendapatan rill masyarakat di akibatkan oleh rendahnya produktifitas. Fenomena tersebut yang kemudian di kenal dengan sebutan lingkaran setan kemiskinan.

Daya beli masyarakat pasar bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor produktif. Oleh karena itu, jika daya beli masyarakat rendah akan menyebabkan pasar-pasar bagi sektor produktif menjadi terbatas. Kondisi ini menyebabkan para pengusaha dan investor enggan berinvestasi akibatnya perekonomian akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Jadi, kesimpulannya bahwa dorongan untuk berinvestasi sering kali di batasi oleh pasar.

Pasar merupakan faktor penting yang akan membatasi investasi di sektor modern oleh karena itu, untuk menyusun kebijakan dan program pembangunan persoalan yang harus dipecahkan terlebih dahulu adalah bagaimana memperluas pasar domestik. Faktor yang dapat di jadikan acuan dalam menentukan luas pasar adalah tingkat produktivitas. Oleh karena itu, satu-satunya jalan keluar dari kebuntuan ini adalah dengan mensinkronkan penggunaan modal pada berbagai macam jajaran industri.

NSB perlu melaksanakan program pembangunan seimbang, dengan jalan pada waktu yang bersamaan dilakukan investasi diberbagai industri yang berkaitan erat satu sama lain. Dengan cara inilah pasar dapat diperluas, karena kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat dinilai mampu menciptakan  permintaan akan barang-barang industri yang dihasilkan. Pembangunan suatu industri dinilai akan mampu menciptakan pasar bagi industri lain, semakin banyak industri yang dibangun semakin luas juga pasar industri tersebut sehingga memungkin kan penggunaan modal secara lebih efisien dan intensif. Dengan demikian pembangunan seimbang akan menjadi perangsang untuk memperluas permintaan akan modal dan untuk melakukan investasi yang lebih banyak.

Selain itu keseimbangan juga diperlukan antara sektor dalam negri dan sektor luar negri. Penerimaan atas ekspor merupakan sumber penting untuk membiayai pembangunan, sedangkan industri dalam negri juga memerlukan tambahan impor bahan baku untuk memenuhi kebutuhan kapasitas produksi mereka. Strategi pembangunan seimbang merupakan pondasi kuat untuk perdagangan internasional. Dengan semangkin meningkatnya produksi dalam negeri, pasar dalam negeri dan pasar luar negeri atas produk tersebut pun semakin meluas. Dengan demikian tingkat kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat pun meningkat.

b.      Menurut Scitovsky dan Lewis

Hirschman mengelompokkan Scitovsky dan Lewis sebagai pencetus strategi pembangunan seimbang pada sisi penawaran, sedangkan Rosentein-Rodan menenkankan pada sisi permintaan.

Scitovsky menyebutkan adanya dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang diperoleh di suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada dalam perekonomian tersebut.

Dalam teori keseimbangan, eksternalitas ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari adanya perbaikan teknologi pada industri lain. Keuntungan pada suatu perusahaan bukan saja tergantung pada efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan tersebut, tetapi juga tergantung pada penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat produksi perusahaan lainnya terutama perusahaan-perusahaan yang erat kaitannya dengan perusahaan tersebut.

Mekanisme terciptanya eksternalitas ekonomi tersebut dijelaskan Scitovsky dengan contoh berikut. Jika investasi baru dilakukan untuk suatu industri, maka kapasitasnya akan bertambah. Hal ini dapat menurunkan biaya produksi industri tersebut sehingga mendorong kenaikan harga input yang digunakan. Penurunan biaya produksi tersebut akan menurukan harga jual produk industri tersebut, dan hal ini akan menguntungkan bagi industri-industri yang menggunakan produk dari industri tersebut. Sedangkan kenaikan harga inputnya akan memberikan keuntungan bagi industri yang menghasilkan input tersebut.

Misalnya industri X melakukan investasi untuk memperluas kegiatannya, maka tindakan tersebut akan menguntungkan beberapa jenis perusahaan. Jenis-jenis perusahaan memperoleh eksternalitas ekonomi keuangan dari industri X adalah :

  1. Perusahaan-perusahaan yang akan menggunakan produksi X sebagai bahan mentah industri mereka, karena harga nya lebih murah
  2. Industri-industri yang menghasilkan bahan mentah bagi industri X, karena permintaan dan mungkin harga nya akan naik
  3. Industri-industri yang menghasilkan barang komplementer untuk barang yang diproduksi industri X, karena dengan naiknya produksi dan penggunaan hasil industri X maka jumlah permintaan akan barang-barang komplementer tersebut bertambah
  4. Industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang mengalami pertambah pendapatan
  5. Industri-industri yang menghasilkan barang substitusi bahan entah yang digunakan oleh industri X.

Berdasarkan gambaran diatas, Scitovsky menyimpulkan bahwa integrasi secara menyeluruh antara berbagai industri diperlukan untuk menghapus perbedaan antara keuntungan perorangan dengan keuntungan masyarakat. Scitovsky memandang bahwa mekanisme pasar tidak dapat mengintegrasikan antarberbagai industri yang sifat nya demikian, karena mekanisme pasar berperan untuk meciptakan efisensi alokasi sumberdaya dalam jangka pendek. Oleh karena itu, Scitovsky setuju dengan pandangan Rosentein-Rodan yang menyatakan tentang perlunya program pembangunan industri secara besar-besaran dan menciptakan suatu pusat perencanaan penanaman modal untuk melengkapi fungsi mekanisme pasar dalam mengatur alokasi sumberdaya-sumberdaya.

Sementara itu, dalam analisisnya Lewis menekankan tentang perlunya pembangunan seimbang yang didasarkan pada keuntungan yang akan diterima dari adanya saling ketergantungan antara berbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan sektor industri, serta antara sektor dalam negeri dan sektor luar negeri.

Menurut lewis, akan timbul banyak masalah jika pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja, tanpa adanya keseimbangan dari sektor lain sehingga akan menimbulkan ketidakstabilan dan gangguan terhadap proses kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan terhambat.

Lewis memberikan gambaran di bawah ini tentang betapa pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor industri dan sektor pertanian. Misalkan disektor pertanian ada inovasi teknologi produksi bahan pangan untuk kebutuhan domestik, implikasi yang mungkin terjadi adalah :

  1. Terdapat surplus disektor pertanian yang dapat dijual di sektor non pertanian
  2. Produksi tidak bertambah berati tenaga kerja menjadi sedikit dan jumlah pengangguran bertambah tinggi.
  3. Kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

Jika sektor industri mengalami perkembangan pesat, maka sektor tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan dan tenaga kerja. Namun tanpa adanya perkembangan di sektor industri maka nilai tukar sektor pertanian akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan tenaga kerja, dan akan menimbulkan depresif terhadap pendapatan di sektor pertanian. Oleh karena itu di sektor pertanian tidak perlu lagi ada perangsangan untuk mengadakan investasi baru dan melakukan inovasi.

Di sisi lain jika pembangunan difouskan hanya pada sektor industrialisasi dan mengabaikan sektor pertanian, hal tersebut akan memicu permasalahan baru yang pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kelangkaan produk pertanian terjadi, akibatnya kenaikan atas produk-produk pertanian pun menjadi jawabannya. Kondisi ini akan mendorong terjadinya inflasi.

Akhirnya, jika sektor pertanian tidak berkembang, maka sektor industri juga tidak dapat berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya sebagian kecil saja dari pendapatan nasional. Oleh karena itu tabungan dan tingkat investasi pun akan rendah. Maka Lewis menyimpulkan bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara berbarengan di kedua sektor tersebut.

Kemudian Lewis menunjukan pula pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor produksi barang-barang untuk kebutuhan domestic dan untuk kebutuhan luar negeri (ekspor)

Fungsi ekspor lainnya adalah untuk mengatasi masalah keterbatasan pasar domestik. Pengembangan sektor ekspor tidak lah serumit pengembangan sektor pertanian dan industri yang mengahasilkan barang-barang kebutuhan domestik. Sektor ekspor merupakan satu-satunya sektor yang berkembang sendiri tanpa bantuan sektor lain. Hal ini merupakan faktor penting bagi pembanguan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang pada masa penjajahan terutama bersumber dari perluasan kegiatan ekspor.

Perkembangan ekspor akan merangsang perkembangan sektor domistik karena :

  1. Berbagai fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor seperti system komunikasi, transportasi, dan sebagainya dapat digunakan oleh sektor domestik.
  2. Dengan menarik tenaga kerja dari sektor domestik, maka sektor ekspor akan mendorong sektor domestic untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Akhirnya, sektor ekspor dapat pula memperluas pembangunan ekonomi karena memungkinkan perkembangan impor. Perkembangan impor ini akan memperbesar jumlah jenis barang-barang dalam masyarakat.

Dari sudut ekspor itu sendri, kelemahannya pada nilai tukar yang kurang menguntungkan. Walaupun sektor ekspor ini berkembang pesat tetapi hanya menciptakan pertambahan pendapatan yang sangat terbatas bagi masyarakat. Dan walaupun produktivitas produksi meningkat, tetapi keuntungan dari kemajuan tersebut tidak dinikmati oleh para pekerja, tetapi oleh pemakai barang-barang dari Negara maju yang meperoleh barang-barang dengan harga yang murah.

Berdasarkan uraia diatas Lewis menarik kesimpulan lewis menekankan tentang perlunya pembangunan seimbang di berbagai sektor pertanian dan industri serta antara kegiatan produksi barang untuk domestic dan kebutuhan luar negeri sehingga pembangunan ekonomi berjalan lancar.

c.       Kritik Terhadap Teori Pembangunan Seimbang

Banyak ekonom yang mengkritk strategi pembangunan seimbang, antara lain Hirschman, streeten, dan singer. Hirscham dapat dianggap pengkritik yang paling baik, karena selain menunjukan kelemahan-kelemahan dia juga mengemukakan teorinya yaitu strategi pembangunan tidak seimbang.

Berikut merukan kritik dari para pakar ekonomi pembangunan yaitu :

Menurut Hirschman strategi pembangunan seimbang telah gagal sebagai teori pembangunan. Pembangunan seharusnya sebagai suatu proses perubahan dari satu tipe ekonomi ke tipe ekonomi lainnya yang lebih maju. Namun strategi pembangunan lebih kepada permapasan hak industri lama oleh industri baru. Sementara itu Menurut Hirschman NSB tidak dapat melakukan pembangunan yang serentak di berbagai sektor mengingat segala keterbatasan yang mereka miliki. NSB dihadapkan pada kelangkaan sumberdaya modal, dan belum terutilitasnya SDM dan SDA yang mereka miliki.

Singer menyatakan berpikir besar adalah nasihat yang logi bagi NSB, tetapi bertindak besar adalah nasihat yang keliru jika hal itu memaksa mereka bertindak diluar batas kemampuan dan sumberdaya yang mereka miliki.

Nurkse menggambarkan strategi pembangunan seimbang tanpa adanya perencanaan. Padahal, investasi secara serentak pada berbagai sektor memerlukan perencanaan dan koordinasi oleh pemerintah.

STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG

Teori pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan Streeten. Pada dasarnya, pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih bertujuan untuk mempercepat proses pembangunan di NSB. Pola pembangunan tidak seimbang ini didasarkan pada :

  1. Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak pembangunan tidak seimbang.
  2. Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia
  3. Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi menimbulkan kemacetan atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, tetapi hal tersebut dinalai dapat menjadi pendorong untuk pembangunan selanjutnya.

Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu, maka akan tampak begitu nyata bahwa berbagai sektor ekonomi telah mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa pembangunan akan lebih baik jika dijalankan dengan tidak seimbang.

Pembangunan tidak seimbang ini juga dapat dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di NSB karena Negara-negara tersebut mengalami kelangkaan sumberdaya.

a.      Pembangunan tidak seimbang antara sektor prasarana dan sektor produktif

Permasalahan yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana cara menentukan proyek pembangunan yang harus didahulukan berdasarkan suatu perioritas tertentu. Argument yang medasari pemikiran tersebut adalah karena proyek-proyek tersebut membutuhkan modal dan sumberdaya yang tidak sedikit, kadang seringkali melebihi modal dan sumberdaya yang tersedia. Untuk itu  agar penggunaan sumberdaya dapat optimal maka diperlukan pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien.

Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua:

1.      Cara pilihan pengganti

Suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus dilaksanakan

2.      Cara pilihan penundaan

Cara pemilihan proyek yang menentukan urutan proyek dengan menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan

Berdasarkan prinsip pemilihan proyek diatas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumberdaya antara sektor prasarana dengan sektor produktif yang dapat langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Ada tiga macam pendekatan untuk mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu :

  1. Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut
  2. Pembangunan tidak seimbang di mana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan
  3. Pembangunan tidak seimbang di mana sektor produktif lebih ditekankan

 Strategi Pembangunan Tak Seimbang

Hirschaman menggunakan gambar diatas untuk memilih pendekatan yang sesuai untuk pembangunan di NSB.

Kurva a,b,c,d masing-masing merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah investasi tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh.

OX menunjukan jumlah prasarana (SOC) dan OY menunjukan keseluruhan biaya produksi yang dikeluakan oleh sektor DPA serta garis OZ merupakan jalur pembangunan seimbang.

Menurut Hirschman kegiatan ekonomi akan mencapai skala efisiensi yang optimal jika telah tercapai dua kondisi :

  1. Setiap sumberdaya telah dialokasikan secara optimal pada kedua sektor, sehingga dengan sejumlah sumberdaya tersebut dapat dicapai produksi yang maksimum
  2. Untuk suatu produksi tertentu hanya diperlukan sejumlah sumberdaya pada tingkat minimal pada kedua sektor.

Ada dua pilihan orientasi kebijakan dalam alokasi investasi, yaitu :

  1. Orientasi kebijakan yang mendahulukan perkembangan DPA dan kemudian baru diikuti oleh SOC. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AB1, BC1, CD1. Pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kekurangan
  2. Orientasi kebijakan yang mendahulukan pembangunan prasarana dan baru diikuti pembangunan sektor produktif. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AA1, BB1, CC1 dan pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kapasitas Berlebih.

Dari kedua orientasi tersebut manakah yang sebaiknya dilaksanakan oleh NSB ? Menurut Hirschman, yang harus dilakukan adalah urutan pembangunan yang akan menjamin pembangunan selanjutnya yang maksimum.

Di sebagian besar NSB, program pembangunan seringkali ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan di sektor produktif. Hirschman tidak sependapat dengan hal tersebut. Menurut Hirscham dalam keadaan motivasi masyarakat yang sangat terbatas, maka lebih baik menggunakan orientasi pembanunan melalu kekurangan daripada pembangunan melalui kapasitas berlebih. Dengan kata lain setiap Negara atau Daerah dengan dengan jumlah pengusaha yang terbatas, orientasi yang sesuai adalah dengan mendahulukan pembangunan sektor produktif agar tidak terjadi pemborosan penggunaan prasarana.

Pembangunan Tak Seimbang dalam Sektor Produktif

Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif ada dua pendorong yang tercipta akibat adanya hubungan antara berbagai industri yang menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan baku industri lain adalah :

  1. Pengaruh keterkaitan kebelakang Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri yang menyediakan bahan baku bagi industri tersebut.
  2. Pengaruh keterkaitan kedepan Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap pembangunan industri yang menggunakan produksi industri yang pertama sebagai bahan baku mereka.

Menurut Hirschman, ada dua jenis Industri yang memeiliki keterkaitan antar industri nya, yaitu :

  1. Industri Satelit Indistri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
  2. Industri non-satelit Industri mobil tidak memiliki kaitannya sama sekali dengan industri minuman ringan

Berikut ini adalah beberapa karakteristik industri satelit yaitu :

  1. Lokasinya berdekatan dengan industri utama sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu atas interaksi antarmereka
  2. Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk (utama) atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupkan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama
  3. Besarnya idustri satelit tidak akan melebihi industri induknya

Kedua jenis industri tersebut dapat dirangsang karena adanya kaitan kedepan maupun kebelakang. Apabila pembangunan industri mobil mendorong perkembangan industri ban mobil, hal ini merupaka pengaruh keterkaitan kebelakang. Sedangkan jika industri mobil mendorong perkembangan industri karoseri, hal ini merupakan pengaruh keterkaitan ke depan.

Berdasarkan pola keterkaitan tersebut Hirschman membedakan industri kedalam beberapa kelompok yaitu :

  1. Industri barang setengah jadi
  2. Industri barang setengah jadi sektor primer
  3. Industri barang jadi
  4. Industri barang jadi sektor primer

Sektor industri barang setengah jadi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi utnuk merangsang pengembangan investasi disektor industri lain jika dibandingkan dengan sektor industri barang akhir.

Pada tahap awal pembangunan ekonomi sebaiknya sektor industri yang menghasilkan barang jadi yang dikembangkan terlebih dahulu. Industri tersebut disebut industri barang konsumsi.

Menurut Hirschman industri barang konsumsi dibagi menjadi dua kelompok :

  1. Industri yang memproses produk-produk industri primer dalam negeri atau yang diimpor menjadi barang jadi
  2. Industri yang memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi

Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan Hirschman proses pembangunan industrialisasi yang ideal adalah sebagai berikut :

  1. Tahap perkembangan industri barang konsumsi
  2. Tahap perkembangan industri barang setengah jadi
  3. Tahap perkembangan industri barang modal

 Kritik Terhadap Strategi Pembangunan Tidak Seimbang

Hirschman dapat dikatakan sebagai pendukung system ekonomi campuran. Namun konsep perkembangan ini tidak luput dari beberapa keterbatasan.

Pertama, dalam konsep ini kurangnya perhatian pada komposis, arah dan waktu pertumbuhan tidak seimbang.

Kedua, konsep ini cenderung mengabaikan konflik internal yang akan mucul kepermukaan.

Ketiga, permasalahan mendasar yang dihadapi NSB adalah kurangnya sumberdaya yang dimiliki NSB seperti, terbatasnya tenaga teknis, bahan baku, dan fasilitas dasar seperti transportasi, bahkan luas pasar produk yang masih sempit.

Keempat, rendahnya mobilitas sumberdaya di NSB karena sangatlah sulit bagi NSB untuk memindahkan sumberdaya dari satu sektor ke sektor lainnya

Kelima, adanya ancaman inflasi bagi NSB yang disebabkan oleh sebagian besar pemerintah NSB belum mampu mempergunakan instrument moneter dan fiskal secara efektif. Karna jika investasi dalam dosis besar disuntikan kebeberapa sektor strategis dalam perekonomian, maka akan terjadi kenaikan pendapatan diikuti dengan meningkatnya permintaan barang konsumsi. Hal tersebut akan memicu timbul nya inflasi pada tingkat harga. Inflasi akan begitu sulit dikendalikan oleh NSB.

Keenam, terlalu banyak penekanan pada investasi dibandingkan dengan keputusan penting lainnya yang mendasar bagi pembangunan. NSB tidak hanya memerlukan keputusan investasi tetapi juga keputusan-keputusan administrative, manajemen, dan kebijakan public.