Sumber daya manusia (SDM) adalah kemampuan manusia dalam menghasilkan sesuatu dalam kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam suatu kegiatan ekonomi terutama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan bekerja. Dengan adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif dan berkualitas sangat berpengaruh pada tingkat pengangguran yang akan menurun. Dengan demikian sumber daya manusia sangatlah penting untuk meningkatkan perekonomian suatu negara. Tanpa adanya sumber daya manusia tidak akan dapat menjalankan suatu kegiatan ekonomi dengan sempurna.
Sumber Daya Manusia harus mampu menciptakan ide atau gagasan baru yang mampu atau menghasilkan karya yang baru yang belum ada dan bermanfaat dengan baik, dengan kata lain yaitu Kreatif. Sumber Daya Manusia yang kreatif dengan ciri-ciri:
– Memiliki banyak ide
– Memiliki jiwa yang suka hal baru/tantangan
– Memiliki jiwa yang profesional
Manusia dianggap sebagia Sumber Daya Manusia (SDM) bila memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, kualitas untuk melaksakan peubahan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks miko, kualitas untuk melakukan proses produksi.
Adapun ciri-ciri Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yaitu:
– Memiliki tingkat pendidikan yang baik.
– Pendidikan sangat penting untuk menentukan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia karena pendidikan yang baik akan menentukan kinerja yang baik.
– Memiliki Akhlak yang baik
– Dalam islam juga sudah diperintahkan bahwa manusia harus memiliki akhlak yang baik, sepeti selalu berperilaku jujur, adil, dan selalu berusaha untuk menuju kebaikan yang
– Memiliki Keahlian
– Manusia harus memiliki keahlian yang dapat menunjang ia untuk menghasilkan sesuatu dalam kegiatan ekonomi dan keahlian yang bermanfaat dibidangnya masing-masing.
– Memiliki kekuatan fisik dan mental atau daya tahan tubuh yang baik
– Jika manusia memiliki kekuatan fisik yang baik maka dia akan mampu bekerja dan berkarya dengan baik tanpa sering sakit
POLA PIKIR KREATIF BAGI MASA DEPAN MANUSIA
Daniel L. Pink (The Whole New Mind, 2005), mengungkapkan bahwa di era kreativitas, bila ingin maju kita harus melengkapi kemampuan teknologi kita (high‐tech) dengan hasrat untuk mencapai tingkat ʺhigh conceptʺ dan ʺhigh touchʺ. High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan artistik dan emosional, mengenali pola‐pola dan peluang, menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan temuan‐temuan yang belum disadari orang lain. High touch adalah kemampuan berempati, memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna.
Beberapa prinsip yang harus dimiliki dalam pola pikir kreatif:
- Not just function but also… DESIGN
- Not just argument, but also… STORY
- Not just focus, but also…SYMPHONY
- Not just logic, but also…EMPATHY
- Not just seriousness, but also…PLAY
- Not just accumulation, but also…MEANING
Howard Gardner, penulis buku tentang kemampuan kognisi, yang populer dengan teori kecerdasan majemuk (Multiple Intellegence) mengeluarkan lagi buku terbaru yaitu Five Minds of The Future, yang menyatakan bahwa terdapat 5 pola pikir utama yang diperlukan di masa yang akan datang, yaitu:
- Pola pikir disipliner (The Disciplinary Mind), yaitu pola pikir yang dipelajari di bangku sekolah. Dahulu yang dianggap sebagai disiplin ilmu adalah ilmu‐ilmu seperti sains, matematika, dan sejarah. Saat ini, sekolah‐sekolah harus menambahkan untuk mengajarkan paling tidak satu bidang seni secara serius seperti halnya disiplin ilmu lainnya.
- Pola pikir mensintesa (The Synthesizing Mind), yaitu kemampuan menggabungkan ide‐ide dari berbagai disiplin ilmu atau menyatukannya ke dalam satu kesatuan dan kemampuan menyampaikan hasil integrasi itu kepada orang banyak. Sering kali kita temui bahwa sebuah solusi yang kita cari‐cari ternyata justru ditemukan di area disiplin lain yang sama sekali berbeda dan sepintas tidak terlihat ada korelasinya. Pola pikir sintesa melatih kesadaran untuk berpikir luas dan fleksibel, mau menerima sudut pandang dari multi disiplin. Dalam konteks luas, dengan semakin banyaknya orang seperti ini di dalam suatu komunitas, maka komunitas itu akan menjadi semakin produktif dan semakin kreatif. Dalam konteks bisnis, ide‐ide baru tersebut akan lebih mudah diterima oleh konsumen. Dalam hal memperkenalkan produk atau jasa baru, strategi komunikasi dan pencitraan (branding) yang diperkuat dengan kemampuan sintesa akan meningkatkan kesuksesan di pasar.
- Pola pikir kreasi (The Creating Mind), yaitu kemampuan untuk mengungkapkan dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan atau fenomena yang ditemuinya. Dalam konteks desain, proses kreasi selalu diawali dengan pengumpulan permasalahan‐permasalahan yang ada yang harus dipecahkan. Di akhir proses, akan dihasilkan desain‐desain baru yang tidak lain adalah hasil pemecahan suatu masalah. Tentu saja agar hasil maksimal, proses kreasi harus dibekali dengan bakat (talent) yang cukup. Dalam konteks bisnis, kemampuan ini bisa menggerakkan perusahaan‐perusahaan untuk lebih pro‐aktif, tidak hanya mengikuti trend, tetapi justru menciptakan trend.
- Pola pikir penghargaan (The Respectful Mind), yaitu kesadaran untuk mengapresiasi perbedaan di antara kelompok‐kelompok manusia. Pola pikir seperti ini sangat dibutuhkan dalam menciptakan keharmonisan di dalam lingkungan. Richard Florida (2001) mengatakan bahwa faktor penting agar kreativitas dapat tumbuh dan berkembang adalah dengan adanya tingkat toleransi (tolerance) yang tinggi di antara sesama anggota komunitas yaitu komunitas yang menghargai perbedaan. Tidak kalah pentingnya adalah sikap untuk menghargai karya cipta orang lain.
- Pola pikir etis (The Ethical Mind). Seorang warga negara yang baik akan memiliki tanggung jawab moral yang tinggi baik sebagai seorang pekerja maupun sebagai warganegara. Dalam konteks perubahan iklim dunia, penanaman nilai‐nilai etika terhadap lingkungan dapat mendorong terciptanya produk yang ramah lingkungan. Dalam konteks pekerjaan, ia akan menjadi seorang yang produktif dalam menghasilkan terobosan‐terobosan dan ia merasa malu bila ia meniru produk lain secara terang‐terangan.
Pola pikir yang telah dijabarkan di atas tentunya merupakan pola pikir kreatif yang sangat diperlukan untuk tetap tumbuh berkembang serta bertahan di masa yang akan datang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pekerja kreatif tidaklah cukup memiliki bakat pandai menggambar, menari, menyanyi dan menulis cerita. Ia harus memiliki kemampuan mengorganisasikan ide‐ide multi disipliner dan juga kemampuan memecahkan masalah dengan cara‐cara di luar kebiasaan. Mengapa cara‐cara di luar kebiasaan perlu? Bila suatu teori atau cara menjadi populer, semakin lama keampuhan teori itu akan semakin berkurang karena semua orang menggunakan pendekatan‐pendekatan berdasarkan teori yang sama.
Thomas L. Friedman, (The World is Flat, 2005) dalam pembahasan The New Middlers (maksudnya adalah orang‐orang generasi baru yang mampu membuat dunia menjadi sangat dekat/flat) menyebut tujuh kemampuan wajib yang harus disiapkan oleh orang‐orang yang ingin berlaga di arena pekerjaan apapun pekerjaan itu:
- Kemampuan dalam berkolaborasi dan mengorkestrasi (Great Collaborators and orchestrators)
- Kemampuan dalam mensintesakan segala sesuatu (The great synthesizers)
- Kemampuan dalam menjabarkan suatu konteks (The great explainers)
- Kemampuan dalam menciptakan nilai tambah (The great leveragers)
- Kemampuan dalam mengadaptasi terhadap lingkungan baru (The great adapters)
- Kesadaran yang tinggi terhadap kelestarian alam (The green people)
- Kemampuan handal dalam menciptakan kandungan lokal (The great localizers)
Ada lima macam keterampilan (skill) dan kecakapan yang membentuk ekonomi kreatif, yaitu :
1. Keterampilan konseptual (conceptual skill), yaitu kemampuan untuk membangun dan mengembangkan konsep, seperti membuat perencanaan usaha dan perencanaan produk, membuat desain produk, menciptakan keunikan, dan keistimewaan, serta merancang kegunaan baru, dan merancang kemudahan baru.
2. Keterampilan mengorganisir (organizational skill), yaitu kemampuan untuk mengorganisir sumber daya dalam bentuk perusahaan-perusahaan, kemampuan untuk memimpin dan mengelola perusahaan, bahkan bukan hanya sebagai pekerja perusahaan melainkan sebagai bos di perusahaan yang mampu mengendalikan, mengatur, dan mengerakkan.
3. Keterampilan manajerial (managerial skill), yaitu kemampuan untuk mengolah atau mengelola sumber daya manusia, financial, material dan informasi seefektifdan seefisien mungkin.
4. Keterampilan kewirausahaan (entrepreneurial skill), yaitu kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5. Keterampilan personal dalam berelasi (interpersonal relation) dan berkomunikasi untuk kemampuan untuk berkomunikasi, berempati, bersimpati, bergaul, bermitra, dan membangun jaringan baik di tingkat local maupun internasional.
Kemauan dan Keterampilan Wirausahawan
1. Melakukan Proses Teknik Baru (The New Technique)
2. Menghasilkan Product atau Jasa Baru (The New Product Or New Service)
3. Menghasilkan nilai tambah baru (The new value added)
4. Merintis Usaha Baru (The New Business) yang mengacu pada pasar
5. Mengembangkan Organisasi Baru (The New Organization)