Search for Knowledge
“A mistake is a signal that it is time to learn something new, something you didn’t know before.”

Tradisi Psikologi Sosial – Teori Atribusi, Teori Penilaian Sosial dan Elaboration Likelihood Theory

Tradisi Sosial Budaya

Komunikasi berlangsung dalam konteks budaya tertentu, maka dari itu komunikasi memiliki pengaruh terhadap budaya suatu masyarakat. Tradisi sosial budaya menunjukan pemahaman makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi.

Tradisi sosiokultural memiliki sejumlah sudut pandang yang berpengaruh antara lain; paham interaksi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnogradi, dan etnometodologi.

TEORI ATRIBUSI

Beberapa ahli psikologi telah merumuskan berbagai pengertian atribusi dan dari pengertian tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah teori. Para ahli psikologi seperti Fritz Heider, Edward Jones, Harold Kelley, dan Bernard Weiner adalah ahli-ahli yang mendefinisikan atribusi dari sudut pandang masing-masing.

Adapun pengertian atribusi menurut mereka adalah sebagai berikut (Malle, 2007 : 74) :

1. Fritz Heider (1958)

Fritz Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi. Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu atribusi sebagai proses persepsi dan atribusi sebagai penilaian kausalitas.

a. Atribusi sebagai proses persepsi

Menurut Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai obyek tersebut direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat dari pengalaman perseptual. Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka mereka akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka.

b. Atribusi sebagai penilaian kausalitas

Ketertarikan Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan dan membuat penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu.

Terdapat dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku.

2. Edward E. Jones (1965)

Edward E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang terkadang diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil seperti sifat, sikap, dan nilai. Misalnya, kita melihat orang bertato dan bertampang seram dan kemudian kita langsung menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi walaupun perilaku dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan.

3. Para ahli psikologi sosial

Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa responsibility attributions dan blame attributions merupakan penilaian yang bersifat moral. Ketika keluaran atau hasil negatif terjadi maka orang akan mencoba untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab terhadap keluaran tersebut dan siapa yang harus disalahkan. Kerapkali, responsibility attributions berhubungan langsung dengan atribusi kausalitas namun kadangkala lebih kompleks. Responsibility attributions didasarkan pada kausalitas dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang.

Itulah beberapa pengertian atribusi yang diungkapkan oleh para ahli. Dengan demikian, pada umumnya yang dimaksud dengan atribusi adalah berbagai inferensi atau simpulan yang digambarkan oleh manusia mengenai penyebab terjadinya sesuatu atau perilaku orang lain dan perilaku dirinya sendiri.

Asumsi Dasar

Pada umumnya, teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha untuk memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku.

Terkait dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi yaitu atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi yang dibuat oleh seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi seseorang. Sementara itu, atribusi eksternal adalah inferensi yang dibuat seseorang terakit dengan situasi dimana ia berada.

TEORI-TEORI ATRIBUSI

Meskipun disebut sebagai teori atribusi, namun sejatinya teori atribusi meliputi beberapa macam teori atribusi yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, diantaranya adalah teori atribusi Fritz Heider, teori atribusi Edward Jones dan Keith Davis, teori atribusi Harold Kelley, dan teori atribusi Bernard Weiner.

a. Teori Atribusi Fritz Heider

Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori belajar dari pendekatan behaviorisme (contohnya teori operant conditioning), teori-teori memori dan teori-teori psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa mempelajari atribusi sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh manusia.

Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain. Menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau eksternal.

b. Teori Atribusi Edward Jones dan Keith Davis

Pada tahun 1965, Edward Jones dan Keith Davis mempublikasikan sebuah teori correspondent inference atau inferensi koresponden. Berdasarkan teori inferensi koresponden, kita cenderung menggunakan informasi tentang perilaku orang lain dan efeknya untuk menggambarkan sebuah inferensi koresponden dimana perilaku tersebut dikaitkan dengan karakteristik disposisi atau kepribadian. Hal ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

  • Pertama, mengidentifikasi maksud dari efek perilaku seseorang. Kita cenderung untuk menarik inferensi koresponden jika perilaku tersebut muncul dengan disengaja dibandingkan dengan tidak disengaja.
  • Kedua, kita cenderung memutuskan ada korespondensi bila dampak dari perilaku tersebut tidak diinginkan secara sosial.

Inferensi koresponden dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efek-efek yang tidak umum, keinginan sosial, dan kebebasan memilih.

  • Efek-efek tidak umum – berbagai elemen pola tindakan yang tidak dibagi dengan pola tindakan alternative.
  • Keinginan sosial – perilaku yang tidak diinginkan secara sosial dapat menuntun pada inferensi koresponden dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan secara sosial.
  • Kebebasan memilih – semakin besar kebebasan memilih maka semakin besar pula inferensi koresponden.

[AdSense-A]

Teori inferensi koresponden memiliki keterbatasan, diantaranya adalah :

  • Teori ini mengasumsikan bahwa pengamat memutuskan kesamaan efek dengan membandingkan perilaku aktual aktor dengan beberapa tindakan yang tidak dipilih. Sejatinya, pengamat jarang mempertimbangkan tindakan yang tidak dipilih.
  • Kesimpulan koresponden kerapkali digambarkan bahkan ketika kita menilai tindakan seseorang tidak disengaja.
  • Proses yang terlibat dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang lain lebih kompleks daripada yang disarankan dalam teori inferensi koresponden.

3. Teori Atribusi Harold Kelley

Harold Kelley adalah salah satu ahli yang mengembangkan teori atribusi lebih lanjut yang dikenal dengan model kovarians Kelley. Model ini merupakan teori atribusi dimana orang membuat kesimpulan sebab akibat untuk menjelaskan mengapa orang lain dan diri kita berperilaku dengan cara tertentu. Hal ini berkaitan dengan persepsi sosial dan persepsi diri.

Prinsip kovariasi menyatakan bahwa sebuah efek dikaitkan dengan salah satu penyebabnya yang mungkin dan berlebihan. Dalam artian bahwa perilaku tertentu dikaitkan dengan potensi penyebab yang muncul pada saat bersamaan. Prinsip ini berguna bila individu memiliki kesempatan untuk mengamati perilaku tersebut selama beberapa kali. Penyebab hasil dapat dikaitkan dengan orang (internal), stimulus (eksternal), keadaan, atau beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini. Atribusi dibuat berdasarkan tiga kriteria, yaitu konsensus, keistimewaan, dan konsistensi.

  • Konsensus – menggambarkan bagaimana orang lain, dalam keadaan yang sama, akan berperilaku.
  • Konsistensi – merujuk pada apakah orang yang diamati akan berperilaku dengan cara yang sama, dalam situasi yang sama, setiap waktu.
  • Keistimewaan – merujuk pada berbagai variasi dalam mengamati perilaku orang lain dalam situasi yang berbeda.

4. Teori Atribusi Bernard Weiner

Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner lebih menekankan pada pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang mempengaruhi atribusi adalah kemampuan, upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi kausalitas, yaitu :

  • Locus of control – internal dan eksternal
  • Stability – apakah penyebab berubah setiap waktu atau tidak
  • Controllability – penyebab seseorang dapat mengendalikan keterampilan dan penyebab seseorang tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain dan lain-lain

Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan orang untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah (McDermott, 2009 : 61)  :

  • Internal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tidak terlalu pintar”.
  • Internal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya selalu menunggu hingga menit-menit akhir”.
  • Internal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya merasa sakit”.
  • Internal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya lupa tentang pendaftaran itu”.
  • Eksternal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya harapan dosen yang tidak realistis
  • Eksternal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “guru membenci saya”.
  • Eksternal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tadi di mobil yang mengalami kecelakaan”.
  • Eksternal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “kucing itu makan makanan saya”.

Kesalahan dalam Atribusi

Terdapat beberapa jenis kesalahan dalam atribusi, diantaranya adalah kesalahan atribusi yang mendasar, bias melayani diri sendiri, atribusi defensif, dan efek faktor pengamat.

A. Kesalahan atribusi yang mendasar

Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal atau disposisi (internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan faktor situasional (eksternal). Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain, bagaimanapun orang terlalu menekankan penyebab situasional dan meremehkan penyebab disposisi. Contoh kesalahan atribusi yang mendasar adalah “Jika kamu gagal, maka berarti kamu bodoh”. Dari contoh tersebut terlihat bahwa terdapat kecenderungan untuk merendahkan peran disposisi atau faktor internal atau faktor-faktor pribadi. Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa orang-orang adalah prototipe dari asal usulnya maka dengan memandang orang sebagai sebuah prototipe dari asal usulnya sejatinya menuntun kita pada kesalahan atribusi yang mendasar.

B. Bisa melayani diri sendiri

Kesalahan dimana individu mengaitkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan faktor yang berbeda. Keberhasilan seseorang dan hasil positif dikaitkan dengan karakteristik internal dan disposisi sedangkan kegagalan seseorang atau hasil negatif dianggap berasal dari sebab eksternal dan situasional.

C. Atribusi defensif

Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi defensif dapat disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar.

D. Efek aktor pengamat

Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan partisipan. Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu dan lebih waspada terhadap faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika pengamat memiliki informasi yang lebih tentang seseorang dan situasi, maka mereka akan menjadi kurang rawan terhadap kecenderungan tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Atribusi

Teori atribusi pun dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan teori atribusi adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan teori atribusi

  • Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna membantu kita mengatasi semua yang ditawarkan oleh kehidupan.
  • Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi penyebabnya dilakukan dengan benar.

b. Kekurangan teori atribusi

  • Kesimpulan yang tidak akurat dapat menyebabkan penilaian yang salah.
  • Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau orang lain yang bisa saja tidak akan menjadi kenyataan.
  • Dalam teori atribusi, berbagai penyebab lain mungkin diabaikan.
  • Dalam teori atribusi, kesimpulan yang dibuat oleh seseorang kemungkinan besar menjadi bias karena cenderung melestarikan citra dirinya.

Kritik

Teori atribusi secara umum tidak lepas dari kritik, berikut adalah beberapa diantaranya :

  • Teori atribusi dipandang terlalu mekanis dan reduksionis karena mengasumsikan orang adalah pemikir yang rasional, logis, dan sistematis.
  • Teori atribusi dipandang tidak berhasil dalam mengatasi faktor budaya, sosial dan sejarah yang membentuk atribusi kausalitas.

Manfaat Mempelajari Teori Atribusi

Mempelajari teori atribusi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Kita memahami berbagai pengertian atribusi yang diungkapkan para ahli
  • Kita memahami asumsi dasar teori atribusi
  • Kita memahami berbagai teori dalam teori atribusi
  • Kita memahami berbagai kesalahan dalam atribusi
  • Kita memahami kelebihan dan kekurangan teori atribusi
  • Kita memahami kritik terhadap teori atribusi

TEORI PENILAIAN SOSIAL

Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan sudut pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil yan mendasar dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat dirinya. Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-[sokan inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya terhadap penilaian social dilakukan oleh individu.
Jadi teori penilaian social ini khususnya mempelajari proses psikologis yang mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah bahwa dalam menilai manusia membuat deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatifyang disusun oleh individu untuk menilai stimulus-stimulus yang dating dari luar.
Oleh karena itu kita harus memahami penilaian social dari segi:

A. Skala Penilaian

Dalam hal ini bagaimana terjadinya penilaian pada diri individu, Sherf mengemukakan bahwa dalam percobaannya dia memerikkan sejumlah benda dan setiap benda itu menyatakan mana yang lebih berat dan mana yang lebih ringan. Disitlah jelas sifat yang akan dinilai dan makin jelas patokan-patokan yang akan disusun agar penilaiana makin mantap. Misalnya orang diberikan barang/benda yang dapat ditimabang yang beratnya bervariasi antara 5-100gram. Dan orang percobaan tersebut disuruh menetapkan 50gram.sebagai patokannya, maka menggolongkan benda yang brat dan yang ringan ini.stabil. sebaliknya kalau sifat yang ditimbang itu meragukan dantidaka ada patokan jelas, maka penilaian akan labil.

B. Efek asimilsi dan kontras

dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang-orang haruse menggunakan patokan-patokan diluar batas-batas yang diberikan oleh stimulus yang ada. Efek dari patokan ini bergantung dari jauh dekatnya patokan dari stimulus. Jadi penilaian yang mendekati patokan disebut asimilasi. Yaitu patokan yang dimasukkan kedalam rangkaian stimulus dalam batas rangkaian stimulus diperbesar. Sehingga mencakupi paotkan. Dan penilaian yang menyalahi patokan disebut kontras.

C. Garis lintang penerimaan, penolakan dan ketidakterlibatan

Perbedaan akan variasi antara individu akan mendorong timbulnyakonsep-konsep tentang garis-garis lintang. Garis lintang penerimaan adalah rangakaian posisi sikap yang dapat diberikan , diterima dan ditolerir oleh indivudu. Garis lintang penolakan adalah rangkaian posisi sikap yang dapat tidak diberikan , tidak dapat diterima dan tidak bias ditolerir oleh indivudu. Garis lintang ketidak terlibatan adalah posisi-posisi yang termasuk dalam lintang yang pertama. Jari garis-garis lintang ini akan menentukan sikap indiviru terhadap pernyataan dalam situasi tertentu.

D. Pola penerimaan dan penolakan

Jika seorang individu melibatkan sendiri dalam situasi yang dinilainya sendirimaka ia akan menjadi patokan. maka makin tinggi ia terliat makin tinggi pula dan sedikait hal-hal yang ditermanya. Sebalikanya ambang penolakan semakin rendah sehingga makin banyak hal-hal yang tidak bias diterimanya.

E. Penilaian social dan penilaian sikap

Komunikasi menurut Sherif dan holand bisamendekatkan sikap individu dengansikap orang lain.tetapi bias juga menjahui orang lain. Hal ini tergantung dari posisi awal tersebut terhadap individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan semakin memperjelas persamaan-persamaan diantara mereka dan sehingga terjadilah pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal saling berjauhan, maka komunikasi akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjahui.

KRITIKAN

Pernyatan sherif dan holand yang dirujuk dari konsep-konsep dasar antropologi dan sosiologi dan psokologi yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk social yang memiliki nauri biologis untk berdekatan dengan dan hidup dengan orang lain.

ELABORATION-LIKELIHOOD THEORY

Elaboration Likelihood Theory (ELT), Atau sering disebut dengan teori kemungkinan elaborasi, yaitu teori yang memberikan perhatian terhadap masalah. masuk dalam Tradisi sosiopsikologi.

Teori ELT pada dasarnya adalah teori mengenai persuasi karena mencoba memperkirakan kapan dan bagaimana seseorang akan dapat atau tidak dapat mengubah pendapatnya (dibujuk) oleh adanya suatu pesan atau argumen yang diterimanya. Teori ini menjelaskan berbagai cara yang dilakukan orang ketika ia mengevaluasi informasi yang diterimanya.

Teori elaborasi memberikan prediksi apakah seseorang akan memberikan pemikiran kritisnya terhadap suatu isu ataukah tidak. Menurut teori ini, cara orang memproses suatu informasi terdiri atas dua cara. Pertama, membawa informasi itu melalui jalur sentral atau jalur pusat (central route) atau kedua, membawa informasi itu melalui jalur periferal atau jalur pinggiran (peripheral route). Kedua jalur itu berada didalam otak manusia. Elaborasi atau pemikiran di pada jalur sentral pada otak manusia, sedangkan pemikiran yang kurang kritis terjadi pada jalur periferal.

Jalur sentral, ketika anda mengolah informasi yang anda terima melalui jalur sentral maka anda akan secara aktif memikirkan informasi itu dan mempertimbangkan dengan memperhatikan informasi lain yang sudah anda miliki sebelumnya. Dan jika pada akhirnya pandangan anda berubah karena informasi atau argumen yang anda terima maka hal itu terjadi setelah melalui “perjuangan” panjang yang terjadi di dalam otak. Perubahan pandangan ini bersifat lebih permanen dan biasanya akan diikuti dengan perubahan  tingkah laku.

Jalur periferal, jika anda mengolah suatu informasi melalui jalur periferal maka anda akan menjadi kurang kritis terhadap informassi yang anda terima itu, selain itu perubahan yang terjadi akan bersifat sementara (temporal).

Motivasi, jika anda sangat termotivasi dengan suatu hal maka anda akan cenderung menggunakan pemikiran kritis yang berada pada jalur sentral sedangkan jika motivasi anda rendah aka anda akan menggunakan jalur periferal. Motivasi pada dasarnya memiliki tiga faktor yaitu :

Pertama, keterlibatan atau relevansi pribadi terhadap suatu topik.semakin penting isu yang menyangkut kepentingan anda, maka akan semakin besar kemungkinan anda menggunakan pemikiran kritis anda.

Faktor kedua dalam motifasi adalah keberagaman argumen. Anda akan cenderung berfikir kritis jika terdapat berbagai pandangan berbeda yang dikemukakan orang terhadap suatu isu, maka anda tidak akan mudah menentukan secara cepat pandangan mana yang paling tepat sehingga anda menggunakan pemikiran kritis anda.

Faktor ketiga dalam motivasi adalah kecenderungan pribadi untuk memiliki pemikiran kritis.

Kemampuan, pengetahuan yang memadai dalam membuat penilaian terhadap suatu informasi maka informasi itu dikeluarkan dari jalur sentral untuk dikembalikan ke jalur periferal. Pesan yang lebih sesuai dengan pandangan sendiri yang sudah ada sebelumnya akan dievaluasi secara lebih positif  di bandingkan dengan pesanyang tidak sesuai. Hal ini disebabkan karena argumentasi itu diolah secara kritis. Otak mengidentifikasi mana argumen yang bagus atau kuat dan mana argumen yang jelek atau lemah dan orang akan cenderung lebih terpengaruh pada argumen yang bagus.

Gagasan utama teori kemungkinan Elaborasi adalah ELT termasuk model komunikasi yang bersifat persuasi dan suatu kemungkinan bahwa anda akan mengevaluasi informasi secara kritis. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa orang dapat memproses pesan persuasive dengan cara yang berbeda. Elaboration Likelihood adalah bagaimana orang atau penerima dapat terpengaruhi oleh maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga tujuan yang diinginkan oleh komunikator dapat direalisasikan secara langsung. Model ini melatih bagaimana proses berpikir secara kognitif dapat dilakukan oleh para komunikan. Pada umumnya kasus yang terlibat dalam model ini adalah komunikasi yang terjadi di media massa.

Teori ini untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Richard E Petty dan John T. Cacioppo, pakar komunikasi persuasif dari Ohio State University AS, pada tahun 1980.